Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Marak Kasus Pembunuhan Anak Kandung, Pemerintah Harus Utamakan Isu Kesehatan Mental Orang Tua

Ada beberapa alasan mengejutkan yang mendorong para orang tua ini melakukan tindakan pembunuhan terhadap anak mereka sendiri.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Marak Kasus Pembunuhan Anak Kandung, Pemerintah Harus Utamakan Isu Kesehatan Mental Orang Tua
Capture
Seorang pria berinisial RNA tega membunuh darah dagingnya sendiri, KPC (13) yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). Sementara sang istri dilaporkan dalam kondisi kritis. Isu kesehatan mental orang tua saat ini menjadi sorotan terkait sederet kasus pembunuhan yang dilakukan dalam satu minggu terakhir dan ramai diberitakan berbagai media. 

Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya layanan kesehatan mental dan dukungan psikososial atau Mental Health and Psychosocial Support (MHPSS) bagi orang tua dapat berdampak serius pada perlindungan, kesehatan dan kesejahteraan anak.

Kondisi psikologis orang tua yang rentan juga dapat meningkatkan risiko kekerasan antar pasangan, kekerasan terhadap anak dan kurangnya kemampuan orang tua dalam mendidik anak.

Oleh karena itu, perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah dalam meningkatkan layanan kesehatan mental dan dukungan psikososial untuk orang tua demi mencegah terjadinya kasus kekerasan dan memastikan kesejahteraan anak.

Troy mengatakan pihaknya juga meminta masyarakat untuk menghentikan stigma dan persepsi terhadap masalah kesehatan mental.

Menurutnya, kesehatan mental bukanlah hal yang tabu dan harus diabaikan, namun justru memerlukan bantuan dan dukungan agar mengalami pemulihan.

Seorang anak berusia 11 tahun, Sinta, saat ini belajar untuk mengelola emosinya yang sebelumnya sering merasa kesal dengan ibunya.

Kekesalan ini sebenarnya merupakan dampak dari rutinitas yang harus kembali ia jalani di sekolah.

Berita Rekomendasi

Oleh karena itu, Sinta pun kini membiasakan diri mempraktikkan hal yang mampu menghilangkan kekesalannya itu.

"Pas masuk sekolah lagi, saya kaget, capek karena jadwal sekolahnya lama jadinya sering sedih, marah sama mamah. Terus di sekolah diajarin pernapasan bunga dan lilin, saya jadi tenang. Di rumah juga praktikin bareng sama mamah," kata Sinta.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas