Contoh Teks Khutbah Jumat, 4 Agustus 2023: Makna Tauhid dan Spirit Kemerdekaan
Simak contoh teks khutbah Jumat ini berjudul 'Makna Tauhid dan Spirit Kemerdekaan'. Cocok dibawakan saat minggu pertama Agustus.
Penulis: Enggar Kusuma Wardani
Editor: Whiesa Daniswara
Dalam konteks kemerdekaan yang kita rasakan hari ini, tentu saja tidak terlepas dari perjuangan para tokoh bangsa dan juga para ulama. Maka semangat perjuangan mereka harus terus hidup dalam jiwa kita sebagai generasi bangsa, agar kita memahami dengan baik hakekat kemerdekaan. Kemerdekaan ini bukanlah hadiah dan tidak pula diperoleh dengan hanya membalikkan telapak tangan, tapi untuk mewujudkannya butuh perjuangan dan pengorbanan. Kucuran keringat, linangan air mata, tetesan darah, bahkan ribuan nyawa melayang demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh sebab itu, jangan menodai nilai perjuangan para pahlawan kita karena kemerdekaan ini sangat mahal harganya.
Baca juga: Contoh Teks Khutbah Jumat: Perhatikan Bulan Muharram
Jamaah Jumat rahimakumullah
Heroisme para pahlawan yang berjuang, untuk mengusir penjajah dari muka bumi pertiwi ini senantiasa dipenuhi dengan pekik takbir. Di sinilah terbangun komitmen perjuangan dalam jihad meraih kemerdekaan, yang sangat erat kaitannya dengan menegakkan tauhid. Nuansa religius dalam pembukaan UUD 1945 sangat terasa, sehingga pada alinea berikutnya disebutkan atas Rahmat Allah Yang Maha
Kuasa. Relasi antara Islam dan kemerdekaan serta relasi tauhid dan spirit kemerdekaan begitu kuatnya. Sebab tauhid menumbuhkan dan melahirkan jiwa-jiwa yang merdeka, artinya seseorang yang bertauhid tentu memiliki jiwa yang merdeka. Jiwa yang merdeka itulah menjadi pangkal untuk bergerak melawan imperialisme dan penindasan, berbagai macam perbudakan, dan tentu eksploitasi manusia atas
manusia yang lainnya”.
Dari sini, dapat disimpulkan bahwa ajaran tauhid secara inheren dipahami sebagai bentuk sikap menghargai dan menghormati diri sendiri. Ajaran ini menganjurkan kepada setiap manusia, untuk tidak tunduk kepada siapapun kecuali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Satu dari sekian bentuk perbudakan manusia dalam Islam adalah membiarkan hawa nafsu bertahta dalam dirinya, sehingga manusia yang
dibutakan oleh hawa nafsunya tidak lagi memiliki kedaulatan atas diri sendiri. Ia akan condong melakukan segala perbuatan yang menyimpang, dan tentu saja ini adalah salah satu bentuk perbudakan yaitu menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhan baginya. Allah mengingatkan kita semua dalam Q.S. Al-Furqan ayat 43.
أَرَءَيْتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلً
“Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?”
Ayat ini secara tegas menjelaskan bahwa tauhid menolak segala bentuk eksploitasi, agar manusia terbebas dari belenggu ketundukan dan kepasrahan kepada selain Tuhan. Dengan demikian, manusia baru bisa dikatakan sebagai makhluk merdeka karena mampu berjalan secara independen. Dan itulah hakikat tauhid,
bahwa tauhid adalah teologi pembebasan dan cara sikap menghormati diri sendiri. Seperti apa yang diungkapkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib, “Jangan biarkan dirimu menjadi budak orang lain, karena Allah telah menjadikanmu manusia merdeka. Oleh karena itu, jangan jual dirimu demi mendapatkan sesuatu yang tidak abadi”.
Dalam sebuah kisah diceritakan, seorang syaikh ditanya selepas menunaikan shalat. “Wahai Syaikh, mengapa kau seperti mahkluk primitif ketika beribadah, engkau letakkan wajahmu di atas tanah yang selalu diinjak-injak oleh manusia?”. Syaikh itu menjawab, “Aku melakukan ini tidak pada setiap waktu, dan aku melakukan perbuatan ini hanya kepada Tuhan Pencipta alam ini. Sedangkan di luar shalat, jangankan untuk sujud menundukkan kepala saja tak akan pernah kulakukan”.
Dalam kisah tersebut sangat jelas bahwa ajaran tauhid bersifat aktif dan progresif, sehingga tak heran jika kita rela memposisikan diri serendah-rendahnya dengan bersujud di atas tanah demi meraih ridha Tuhan. Tapi selain kepada Tuhan, tidak akan pernah kita lakukan hal yang demikian. Sebab tauhid tidak memaknai
kebebasan seperti memberi cek kosong tanpa nominal, tapi lebih mengedepankan arti kemerdekaan manusia yang substantif dan hakiki. Bukan kebebasan ala Barat yang sebenarnya membawa kita tunduk kepada hawa nafsu dan gaya mainstrem manusia, yang tentu saja bertentangan dengan esensi ajaran tauhid yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Puncak dari tujuan hidup ini hanyalah untuk meraih ridha Ilahi, tanpa tauhid mustahil ada keridhaan kepada kita dalam menjalani kehidupan di dunia hingga meraih kebahagiaan akhirat. Hanya dengan bertauhidlah Allah akan beri kemerdekaan di dunia dan kemerdekaan di akhirat. Rasulullah saw. bersabda.
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Siapa yang meninggal dunia dalam keadaan dia berilmu tentang apa yang diinginkan oleh kalimat Laa Ilaaha Illallah, maka ia pasti masuk ke dalam surga.” (HR. Muslim)
Baca juga: Contoh Teks Khutbah Jumat: Islam yang Menentramkan Penuh Kedamaian
Jamaah Jumat rahimakumullah
Demikian khutbah singkat ini, semoga momentum kemerdekaan tahun ini kita dapat menumbuhkan spirit kemerdekaan dengan memaknai hakikat tauhid yang sebenarnya. Tidak ada lagi penindasan baik secara fisik maupun sacara psikis, membangun persatuan dan kesatuan baik sebagi ummat dan dan juga sebagai bangsa demi mempertahankan kemerdakaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(Tribunnews.com/Enggar Kusuma)