Wawancara Eksklusif dengan Pj Gubernur Sumatera Selatan: Optimistis Turunkan Prevalensi Stunting
peran tokoh masyarakat dan swasta juga sangat dibutuhkan untuk mengakselerasi penurunan stunting dan angka kemiskinan ekstrem.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Muhammad Zulfikar
Tetapi yang paling penting berikutnya perlu terkordinir. Sehingga ketahuan jangan sampi orang tua asuh yang anaknya banyak.
Ada lagi yang satu lagi terlewat tidak ada yang mengasuh. Maka ini yang perlu kita data. Peran pemerintah sebagai institusi ditambah lagi pemerintah sebagai individu melalui pejabat dan pegawainya ikut.
Masalah ini akan lebih cepat lagi selesai. Tentu tugas kami pertama mendorong agar pegawai di pemerintah provinsi dan pegawai di tingkat kabupaten kota ini bergerak mengajak swasta dan tokoh masyarakat.
Baca juga: Berkontribusi Entaskan Angka Stunting, Astra Internasional Raih Penghargaan Tribun Network
Sepengalaman Pak Fatoni kira-kira hambatan yang paling utama di dalam pengentasan stunting dan kemiskinan ekstrem ini apa?
Yang paling dimaksimalkan itu koordinasi dan keterpaduan sehingga penangnannya itu bisa serentak, simultan, tidak ada yang tertinggal.
Karena sekarang semuanya ingin bergerak dan berbuat tetapi ada yang tidak tahu harus bagaimana, tidak tahu harus menghubungi siapa, ada yang sudah jalan tetapi ada yang terlewatkan.
Apakah Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan memiliki target sampai 2023 atau awal 2024 untuk stunting dan kemiskinan ekstrem?
Kalau yang lalu penurunannya 6,2 persen kami berharap minimal sama. Jadi di bawa angka rata-rata nasional dari 18 persen menjadi 12 persen.
Seharusnya seperti itu, maka menjelang finis akhir tahun ini kita akan genjot lagi.
Tapi menurut Pak Fatani reasonable tidak kita ini tahun depan 2024 mencapai target penurunan stunting 14 persen secara nasional?
Ini kan berkaitan dengan data tadi, bisa saja dulu ada yang belum terdata kemudian menjadi terdata. Namun dari sisi upaya kami optimis mudah-mudahan bisa tercapai.
Situasi sekarang ini kan berkaitan kondisi dunia yang sedang tidak baik-baik saja. Pak Fatoni tadi sempat menyinggung inflasi sedangkan ini juga menjadi tantangan angka kemiskinan ekstrem kita. Bisa dijelaskan?
Pertama kita harus sampaikan ke masyarakat bahwa inflasi ini serius. Terkadang ada pihak yang tidak percaya apa sih inflasi, lalu ada yang bertanya apa hubungannya dengan perang Ukraina-Rusia dan Palestina-Israel.
Padahal kan itu akan mengganggu stok pangan, gandum, minyak ini yang membuat terjadinya inflasi. Secara riil dilapangan inflasi itu terjadi.
Setelah masyarakat tahu kita harus bersama-sama menanganinya. Jadi yang penting sekarang menangani inflasi harus sama seperti kita dulu menangani Covid-19.
Semua orang pada waktu itu bergerak menangani Covid-19 sekarang harusnya begitu. Contoh sederhana misalnya dengan harga tinggi stop boros pangan, jangan membuang-buang makanan.
Jangan makan berlebih. Kadang-kadang orang kita kan kalau makan banyak di kondangan apalagi kita makan bareng-bareng makanan penuh tetapi nggak kemakan.
Kemudian menanam di pekarangan, menanam di kebun itu bisa kita lakukan. Dari sisi pemerintah juga harus bisa mengontrol harga, mensuplai kekurangan kita berkerjasama mendatangkan pangan ke daerah lain.
Di situ fungsi pemerintah bersama masyarakat, swasta juga begitu. Yang paling penting kita bekerja bersama dan ini masalah nyata kemudian kita berperan di posisi masing-masing kemudian terkordinasi. (Tribun Network/Reynas Abdila)