Catatan Seorang Murid, Rizal Ramli Sosok yang Selalu Bermimpi Untuk Kebaikan Bangsanya
Gede Sandra dalam catatannya menyebut Rizal Ramli sebagai sosok yang senantiasa bermimpi untuk kebaikan bangsanya
Editor: Adi Suhendi
Hal yang membedakan Rizal Ramli dari para ekonom lain di negeri ini, kata Gede, mungkin yang paling jelas, adalah mimpi intelektualitasnya agar Indonesia meraih pertumbuhan ekonomi di atas 10 persen.
Sementara banyak ekonom yang percaya angka pertumbuhan ekonomi yang lebih konservatif, dari 5-7 persen.
"Tapi Bang RR berbeda, dia adalah pemimpi. Yang selalu bermimpi untuk kebaikan Bangsanya. Tak lelah untuk memanas-manasi intelektualitas kami murid-muridnya ini, ia bercerita kesuksesan negara-negara Asia yang mampu meraih pertumbuhan ekonomi di atas 10 persen. Kita tahu bahwa semakin cepat pertumbuhan ekonomi, semakin cepat naik pendapatan masyarakat," ujarnya.
"Sangat sering dia menasehati kami, setiap kita mengkritik harus selalu ada solusinya. Ini yang paling menarik. Banyak aktivis yang mempertanyakan, kenapa harus pakai solusi. Bukankah pejabat itu sudah digaji untuk mencari solusinya. Tapi Bang RR tetap memberikan solusi di tengah kritiknya. Inilah mungkin yang merupakan ciri Negarawan Sejati. Setajam apa kritiknya, selalu ada jalan keluar kebijakan. Inilah baginya yang terbaik bagi Bangsa menurutnya."
Menurut Gede, keberpihakan hatinya adalah bersama rakyat yang tertindas.
Menurutnya, Rizal Ramli ada bersama kaum buruh yang memperjuangkan berdirinya BPJS Kesehatan, fondasi dari welfare state. Rizal ada bersama para aparatus Desa yang memperjuangkan dana Desa.
Rizal Ramli ada bersama warga yang dirugikan karena kenaikan harga-harga kebutuhan.
Rizal Ramli ada bersama kaum nelayan yang menolak reklamasi, meskipun harus dibayar mahal olehnya dengan direshuffle dari kabinet.
Rizal Ramli ada bersama delegasi pemerintah untuk mengurangi utang Indonesia.
"Dia ada bersama anak-anak yang tidak mampu sekolah. Dia ada bersama gerakan demokratik dalam perlawanan seluruh legislasi yang menindas, atau yang bertentangan dengan nalar publik. Dia siap berkorban segalanya, materi dan jiwaraga, untuk membela nilai-nilai keberpihakan ini," ucapnya.
"Ya Bang. Memang ini sudah waktunya. Pergilah dengan tenang. Bermain-mainlah. Bersenang-senanglah. Dan juga berdebatlah dengan rekan-rekan sesama orang Pergerakan di alam sana yang sudah lebih dahulu menunggumu. Nanti akan ada waktunya juga, bagi kami, untuk menyusul kalian semua," tutup dia.