Kisah Petugas Imigrasi di Pulau Terluar: Hidup Jauh dari Anak Istri, Mau Pulang Mahal di Ongkos
Jika ingin tahu suka dukanya menjadi PNS, tanyakanlah kepada para PNS yang bertugas di wilayah terpencil, wilayah perbatasan, atau pulau terluar
Penulis: Dodi Esvandi
Tapi pasca Covid-19 mereda, Tedy kembali memulangkan keluarganya ke Bandung.
Pengalaman yang lebih kurang sama dirasakan Abdul, pegawai di Kantor Imigrasi Kelas II Ranai.
Ia sudah hampir 6 tahun bertugas di Ranai.
Pertama kali ke Ranai, usia anak pertamanya masih beberapa bulan.
Kini anak pertamanya itu sudah masuk SD.
Abdul juga berasal dari Jawa Barat, yakni dari Kabupaten Sumedang.
Baca juga: Operasi Jagratara di Apartemen Kawasan Kelapa Gading, Petugas Imigrasi Amankan 8 WNA
Tak seperti Tedy, selama 6 tahun terakhir Abdul memang hidup tak jauh dari anak dan istrinya lantaran anaknya belum sekolah.
Namun, tetap saja ia tidak bisa pulang setiap saat menjenguk keluarga, terutama orang tuanya karena kendala ongkos yang mahal.
Sebagai pegawai pemerintah yang bertugas di wilayah terluar, para pegawai imigrasi ini berharap ada perhatian lebih dari masyarakat.
"Saat ini kamu hanya ada remunerasi. Mungkin perlu dipikirkan juga bentuk tunjangan lain, misalnya tunjangan petugas pulau terluar," kata Tedy
"Mudah-mudahan pemerintah memperhatikan kamu juga selain TNI dan Polri. Karena kita semua kan sama-sama aparat pemerintah yang bertugas di halaman terdepan menjaga kedaulatan negara," ujarnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.