8 Strategi Skrining TB yang Relatif Hemat Biaya, Bisa Diterapkan oleh Pemerintah
Program unggulan presiden Prabowo Subianto diketahui adalah pengendalian hingga eliminisai Tuberkulosis (TB)
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
3. Melibatkan Kader Kesehatan dalam Skrining dan Pemantauan
Pelatihan kader kesehatan sangat penting dalam strategi skrining berbasis komunitas.
Kader bisa berfungsi sebagai garda depan dalam mengidentifikasi kasus suspek TB di lingkungan masyarakat, terutama di daerah-daerah yang sulit dijangkau.
Mereka juga bisa dilatih untuk melakukan pemantauan gejala, membantu edukasi, dan memotivasi masyarakat untuk memeriksakan diri.
Pendekatan berbasis komunitas ini efektif karena kader lebih mengenal lingkungan lokal dan bisa menjangkau populasi yang mungkin tidak pergi ke fasilitas kesehatan.
4. Penggunaan Mobile Clinics untuk Skrining Daerah Terpencil
Mengoperasikan mobile clinics atau klinik bergerak yang dapat mendatangi daerah-daerah terpencil memungkinkan pemeriksaan TB dengan biaya operasional yang relatif rendah.
Klinik bergerak dapat dilakukan secara berkala untuk menjangkau daerah dengan tingkat prevalensi tinggi atau akses layanan kesehatan yang minim.
Mobile clinics dapat dilengkapi dengan peralatan skrining berbasis gejala, Xpert MTB/RIF.
Atau, fasilitas pengambilan sampel dahak untuk dibawa ke fasilitas kesehatan yang memiliki alat diagnostik.
5. Menggunakan Alat Pemantau Pengobatan dan Kepatuhan untuk Pencegahan Penularan
Setelah skrining dan diagnosis dilakukan, sangat penting untuk memastikan pasien TB menyelesaikan pengobatan mereka, sehingga penularan dapat dicegah.
Program DOTS (Directly Observed Treatment, Short-course) bisa dilakukan dengan memanfaatkan kader kesehatan atau teknologi sederhana.
Seperti melalui pesan singkat di handphone untuk memastikan pasien meminum obat sesuai jadwal.