8 Strategi Skrining TB yang Relatif Hemat Biaya, Bisa Diterapkan oleh Pemerintah
Program unggulan presiden Prabowo Subianto diketahui adalah pengendalian hingga eliminisai Tuberkulosis (TB)
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Kepatuhan pengobatan bisa diperkuat dengan dukungan komunitas atau insentif kecil bagi pasien yang menyelesaikan pengobatan, untuk mencegah munculnya TB resisten obat yang jauh lebih sulit diobati.
6. Skrining Target pada Populasi Berisiko Tinggi
Mengarahkan skrining pada populasi yang memiliki risiko tinggi TB dapat meningkatkan efisiensi.
Populasi berisiko termasuk orang yang pernah kontak dengan pasien TB aktif, penderita HIV/AIDS, narapidana, pekerja migran, dan orang yang tinggal di kawasan padat penduduk.
Skrining pada kelompok ini bisa dilakukan dengan menggunakan gejala dan tes diagnostik cepat (seperti Xpert) untuk memaksimalkan deteksi kasus aktif.
7. Penggunaan Teknologi Digital untuk Pengumpulan Data dan Pelaporan
Pengumpulan data dan pelaporan yang efisien bisa membantu dalam memantau dan mengelola program skrining TB.
Menggunakan aplikasi sederhana pada ponsel atau platform berbasis website untuk melaporkan kasus suspek, pengambilan sampel.
Serta pelaporan hasil memungkinkan sistem kesehatan untuk mengoptimalkan sumber daya dan memantau kasus dengan lebih baik.
"Penggunaan teknologi ini membantu memastikan pasien yang terkonfirmasi TB mendapatkan pengobatan dan membantu petugas kesehatan melacak kontak atau memberikan pemantauan tindak lanjut," jelas Dicky.
8. Kemitraan dan Pendanaan Internasional
Mengingat keterbatasan anggaran, pemerintah bisa mencari dukungan dari lembaga internasional seperti Global Fund, WHO, dan organisasi nirlaba yang menyediakan bantuan untuk program TB di negara berkembang.
"Pendanaan ini bisa digunakan untuk melengkapi perangkat diagnostik, pelatihan staf, dan program mobile clinic yang sangat membantu dalam kondisi keterbatasan anggaran," tutupnya.