Ayah Gamma: Saya Sangat Sakit Hati dan Terpukul, Anak Saya Sudah Meninggal Dunia Malah Difitnah
Setelah berhari-hari memilih diam, ayah dari Gamma ini mencurahkan isi hatinya setelah anaknya tewas ditembak polisi di Semarang, Jawa Tengah.
Editor: Hasanudin Aco
Komisi III mengundang Kepala Polrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar dan jajarannya.
Namun, keluarga siswa SMK korban penembakan (GRO) kecewa karena tak diajak hadir dalam rapat.
Pendamping hukum keluarga GRO, Subambang, menyebut telah menyaksikan rapat itu.
Dalam kegiatan tersebut, anggota Komisi III DPR hanya mendengarkan keterangan mengenai kasus penembakan dari polisi.
”Kami sudah dikirimi link Zoom-nya, pukul 09.15. Tetapi, saat link-nya dibuka, tidak terbuka. Lalu, dari pihak sekretariat mengatakan bahwa untuk keluarga tidak ikut Zoom,” kata Subambang dalam konferensi pers, Selasa di Semarang.
Apa alasan pembatalan itu?
Bambang mengaku tidak diberi tahu alasan di balik batalnya pihak keluarga ikut serta dalam rapat tersebut.
”Terus terang, kami kecewa. Semua sudah kami siapkan, tapi ternyata dibatalkan,” ucap Subambang.
Kini pihak keluarga GRO bakal menyurati Komisi III DPR agar mereka diberi kesempatan bersuara.
Menurut Subambang, hal itu amat penting supaya Komisi III DPR mendapatkan pendapat dari sisi keluarga korban.
Menurut Subambang, ada beberapa hal yang perlu diluruskan.
Sebab, ia menyaksikan sejumlah kejanggalan dalam kasus penembakan itu.
Subambang mencontohkan, kejanggalan itu terkait perbedaan keterangan mengenai lokasi penembakan.
Selain itu, dalam beberapa kesempatan, polisi disebut Subambang seperti sengaja menggiring opini publik mengenai tawuran yang disebut diinisiasi GRO atau G, korban penembakan.
”Kepala Polrestabes ini memojokkan G, seolah-olah (G) divonis sebagai pelaku. Yang mengajak tawuran (disebut) G, yang membeli senjata (disebut) G, seperti disetel. Ini perlu kami luruskan,” tutur Subambang.