Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sepi Penumpang, Pemilik Angkot Kembang Kempis

"Hanya cara itu yang bisa kami lakukan menghadapi sepinya penumpang angkot," tutur Hali Hudi yang memiliki 10 armada angkot dan hanya 4 armada yang di

zoom-in Sepi Penumpang, Pemilik Angkot Kembang Kempis
Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha
Deretan angkot (mikrolet) tengah menunggu penumpang di terminal bayangan Kampung Melayu, Jakarta Timur, Selasa (2/9/2014). Pemprov DKI Jakarta akan terus membenahi moda transportasi umum, salah satunya angkutan umum di Jakarta akan dibayar per kilometer. Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha 

"Ya begitulah kondisi angkot, semakin hari semakin sepi saja penumpangnya. Mendapat penumpang 7 - 10 orang sekali jalan susah sekali sekarang ini, kalaupun dapat itu rezeki nomplok namanya," ucap Saniman.

Demikian pula dengan mendapat pemasukan diatas Rp 200 ribu sehari, tambah Saniman, kebanyakan sudah menjadi impian para pemilik angkot. Karena rata-rata dalam sehari hanya mendapatkan pemasukan kisaran Rp 150 ribu saja sudah cukup baik untuk makan dan minum serta biaya operasional.

"Itupun belum termasuk biaya mendadak lain di jalan, seperti ban meletus dan sebagainya," tandas Saniman.

Hal sama disampaikan pemilik angkot yang melayani jalur Dukuh Kupang - Benowo, Ali Hudi. Akibat penumpang sepi sekarang ini dari 80 angkot yang beroperasi di trayek tersebut saat ini hanya tinggal 20 angkot saja.

Itupun angkot harus pandai-pandai memanfaatkan waktu jam ramai penumpang dan jam sepi penumpang.

"Untuk apa beroperasi di jam sepi penumpang jika harus rugi. Makanya operasi angkot pada jam tertentu saja," kata Ali Hudi.

 Untuk mendapatkan setoran Rp 24 ribu sehari, menurut Ali Hudi, susahnya minta ampun. Karena sepi penumpang biasanya sopir yang menjalankan angkotnya selalu negosiasi setor dibawahnya.

Berita Rekomendasi

Dan itupun bisa dimaklumi karena sopir angkot memang tidak banyak mendapat penumpang dan lebih banyak parkirnya di sejumlah titik untuk menanti penumpang.

"Ya kalau sudah begitu kami tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah atas kondisi dan situasi," ucap Ali Hudi.

Oleh karena itu, ungkap Ali Hudi, bisnis angkot di Kota Surabaya sudah tidak prospektif lagi. Apalagi nanti jika harga BBM mengalami kenaikan maka pasti akan semakin hancur usaha jasa angkot kota Surabaya jika tidak ada campur tangan Pemerintah.

Dan bisa dipastikan pemilik angkot akan mengandangkan semua armadanya untuk dioperasionalkan pada jam-jam tertentu saja. Seperti jam masuk sekolah atau masuk kerja dan jam pulang sekolah atau pulang kerja.

"Hanya cara itu yang bisa kami lakukan menghadapi sepinya penumpang angkot," tutur Hali Hudi yang memiliki 10 armada angkot dan hanya 4 armada yang dioperasikan saat ini.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas