Taruna Hiking Club Terakhir Kontak Kadek, Alma dan Jeroen 22 April
Dalam komunikasi terakhir itu, ketiganya menginformasikan akan melakukan perjalanan menuju perkampungan di wilayah Lama Hotel.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Sebuah rumah di tengah permukiman elite di kawasan Dago Utara, Bandung, Jawa Barat, terlihat sibuk, Senin (27/4/2015) pagi.
Sejumlah orang lalu lalang di rumah yang menjadi crisis centre Taruna Hiking Club (THC) itu untuk mendapatkan informasi tentang nasib tiga pendaki yang hilang kontak di Nepal saat terjadi gempa dahsyat pada Sabtu (25/4/2015).
Semua upaya pencarian informasi mengenai pendaki Jeroen Hehuwat (39) serta Kadek Andana (26) bersama istrinya Alma Parahita (32) kini memang dilakukan di rumah milik Gysta Sampurno (45) itu.
Penggalian informasi dilakukan dengan mencari data ke non goverment organization (NGO), ikatan keluarga Indonesia di Nepal, konsulat Indonesia di Nepal, dan jaringan pendaki yang ada di Nepal.
Gysta yang juga koordinator crisis center THC mengungkapkan, pihaknya terakhir melakukan komunikasi dengan ketiga pendaki tersebut, 22 April 2015 sekitar pukul 18.00 WIB.
Dalam komunikasi terakhir itu, ketiganya menginformasikan akan melakukan perjalanan menuju perkampungan di wilayah Lama Hotel.
"Asumsi kami bahwa ketiga pendaki kami itu berada di Kampung Kyanjing Gompa ketika terjadi gempa pada Sabtu 25 April 2015. Karena sesuai jadwal perjalanan, pada terjadinya gempa itu mereka ada di sana, jadi belum mendaki. Tapi memang sampai saat ini belum ada konfirmasi kepastian tentang posisi ketiganya ada di Kyanjing Gompa karena di sana tidak ada coverage mobil phone," kata Gysta.
Diakui Gysta, pihaknya berhasil melakukan komunikasi dengan operator pendakian di Nepal, Minggu 26 April 2015 sekitar pukul 03.00.
Operator itu merupakan pihak resmi yang menyediakan guide dan potter bagi pendaki gunung di wilayah Nepal.
Namun operator itu pun belum berhasil menghubungi timnya yang ada di daerah Lantang lantaran terputusnya komunikasi.
"Kami masih menunggu update dari mereka. Tapi kita juga sudah melakukan pendaftaran ke pihak kedutaan besar Republik Indonesia, ICRC, person finder google, NGO, dan ikatan keluarga Indonesia di Nepal. Dan sampai sekarang kami belum ada konfirmasi keberadaan anggotanya karena keterbatasan komunikasi," kata Gysta.
Dikatakan Gysta, Jeroen, Kadek Andana, dan Alma, baru berada di Nepal selama lima hari.
Rencananya ketiga pendaki THC itu akan melakukan pendakian di wilayah Langtang selama 18 hari. Mereka baru pulang ke Indonesia 10 Mei 2015.
"Mereka bertujuan mendaki bukit Yala Peak dengan ketinggian 5.200 m dan Naya Kangga dengan ketinggian 5.800 meter," kata Gysta sembari menambahkan tiga pendaki THC itu mulai melakukan perjalanan dari Indonesia ke Nepal pada 19 April 2015.
Ketua THC, Grahito Handaru, merasa optimistis jika ketiga pendakinya selamat dari dampak bencana yang terjadi di Nepal.
Pasalnya mereka dibekali kemampuan bertahan hidup dalam menghadapi risiko yang akan dihadapi ketika mendaki.
"Mereka orang optimistis dan tahu aturan serta punya basic skill. Mereka dilatih dalam kondisi seekstreem mungkin. Saya optimistis mereka bisa aplikasikan pelajaran mendaki di lapangan," kata Grahito.
Menurutnya, Jeroen, Alma, dan Kadek merupakan tiga dari enam pendaki yang lolos seleksi mengikuti program THC pada tahun ini. Ketiganya pun memiliki jam terbang yang mumpuni dalam mendaki gunung.