Perdagangan Sabu di Semarang Sudah Seperti Dagang Kacang, Harga Pahe Hingga Istilah Adu Banteng
Bahkan, ia berani memastikan sekarang ini lebih mudah memperoleh sabu dibandingkan dengan membeli kacang.
Editor: Hendra Gunawan
"Misal isinya begini, di gapura sebalah kanan sekolahan X, dekat batu besar, di bawah bungkus rokok merek X. Nanti setelah barang diterima pembeli juga ngasih kode lewat pesan singkat," jelasnya.
Alex menyatakan, si peluncur dilarang menjual tanpa ada instruksi dari bandar untuk menghindari risiko.
Setiap kali pekerjaan yang dituntaskan, si peluncur akan mendapatkan fee yang tidak diketahui berapa besarannya.
"Yang jelas tergantung banyak tidaknya barang yang dikirim. Saat ngambil barang dapat dan saat mendistribusikannya juga dapat. Hanya saja, jumlah yang didistribusikan si peluncur minimal 1 gram.
Sehingga tidak semua konsumen mampu membeli, dan itulah fungsi pengecer, memecah barang supaya harga bisa lebih terjangkau," terangnya.
Dipecah
Satu gram sabu Alex beli seharga Rp 1,2 juta, sedangkan ukuran seperempat ia jual Rp 350 ribu. Sehingga keuntungan yang ia dapat setiap menjual satu gram sabu sebesar Rp 200 ribu, ditambah kelebihan berat yang diakuinya bisa mencapai seperempat sabu per 1 gram.
"Kelebihan itu semacam bonus kali ya, agar pelanggan senang dan terus membeli barang kepadanya," ucapnya.
Alex biasanya mengecer sabu di rumah menggunakan timbangan emas. Keluarga di rumahnya pun tahu aktivitas yang dilakukannya sebagai pengedar sabu, hanya saja saling berpura-pura tidak tahu.
Terkait dengan fenomena sabu yang sekarang ini kian masif, ia tidak merasa kaget. Pamor sabu, menurut dia, mulai tumbuh dalam 5 tahun terakhir, dan cukup banyak konsumen obat beralih memakai sabu karena dianggap lebih berkelas.
"Lima tahun lalu belum begitu marak, sekarang lebih gampang cari sabu dibandingkan dengan obat. Yang jual banyak dan konsumen juga banyak," urainya.
Alex menduga, meningkatnya pamor sabu karena harganya yang sudah terjangkau, sehingga konsumen yang dulu hanya mampu membeli obat keras kini sudah bisa merasakan sabu.
Di sisi lain, secara psikologis mereka juga merasa lebih berkelas jika memakai sabu dibandingkan dengan obat. Pemberitaan televisi terkait dengan penangkapan artis yang terlibat sabu juga semakin membuat masyarakat ingin mencobanya.
Adapun, Kasatresnarkoba Polrestabes Semarang, AKBP Sidik Hanafi mengakui, peredaran narkotika jenis sabu kian masif, menembus berbagai kelas dan strata sosial ekonomi di masyarakat.