Warga Purwakarta Keluhkan Kinerja Satpol PP, PKL dan Gepeng Marak
Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Purwakarta dipertanyakan oleh sebagian warga Purwakarta.
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Haryanto
TRIBUNNEWS.COM, PURWAKARTA - Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Purwakarta dipertanyakan oleh sebagian warga Purwakarta.
Pasalnya, kini banyak pedagang kaki lima yang berjualan sembarang di sejumlah titik krusial yang menyebabkan kemacetan.
Tidak hanya itu, keberadaan anak jalanan (anjal) atau gelandangan dan pengemis (gepeng) pun mulai marak dan berakibat meresahkan.
Oleh karena itu, saat ini, peran petugas penegak peraturan daerah itu pun, dirasakan kurang maksimal.
Seperti halnya yang dikeluhkan oleh seorang warga Purwakarta, Nikolas (42) yang mengatakan kurangnya pergerakan dan dianggap tidak bertaji.
"Kinerjanya cenderung kurang maksimal. Ya, idealnya sih, minimal mengintensifkan patroli untuk menegur mereka (PKL) yang mangkal di zona larangan," ucapnya saat ditemui di sekitar Taman Air Mancur Sribaduga, Nagri Kidul, Purwakarta, Senin (23/7/2018).
Tidak hanya menyoal PKL yang mangkal sembarangan, dirinya pun mengeluhkan keresahannya mengenai adanya anak jalanan.
Menurutnya, sekelompok anjal itu, di sekitar jalur protokol, kerap melakukan pemalakan kepada masyarakat atau pengguna jalan.
Salah satunya, yang tejadi kepada seorang teman Nikolas yang sempat dipalak di sekitar Taman Sri Baduga (Situ Buleud).
"Teman saya, kemarin pernah diminta uang secara paksa oleh mereka (anjal). Makanya, menurut kami, ini harus menjadi bahan bahasan bagi petugas, terutama Satpol PP, guna terciptanya kenyamanan dan keamanan," ucap dia menambahkan.
Kejadian serupa pun sempat dialami oleh seorang warga Pasawahan, Andri (20). Dirinya sempat di mintai uang dengan paksa oleh pengamen yang berpenampilan tidak karuan.
Padahal, dirinya tengah menyantap makanan disebuah gerobak yang berjualan di sisi jalan di Jalan RE Martadinata beberapa waktu lalu.
"Enggak besar jumlah yang dikasihnya, tapi jadinya terpaksa ngasih. Daripada dikasari atau di apa-apakan," ujar dia mengeluh. (*)