Ahmad Dhani Dipenjara, Posisi Nyaleg DPR RI Terancam, Pengamat: Elektabilitasnya Hanya 4 %
Ahmad Dhani dipenjara dalam posisi 'nyaleg' DPR RI, Pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura sebut elektabilitasnya hanya 4 %.
Editor: Fitriana Andriyani
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Mochtar W Oetomo menilai dijebloskannya musisi yang juga politisi Partai Gerindra Ahmad Dhani Prasetyo ke penjara LP Cipinang terkait kasus ujaran kebencian, tidak berdampak langsung pada elektabilitas pasangan Capres dan cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Namun, dengan Ahmad Dhani mendekam di penjara, pencalonannya sebagai Caleg DPR RI Partai Gerindra dari Dapil Jatim (Surabaya dan Sidoarjo) menjadi terancam.
Menurut Mochtar W Oetomo, meski Ahmad Dhani mejadi salah satu simbolisasi Tim Prabowo-Sandi, publik sudah memahami bahwa Ahmad Dhani secara personal memang penuh dengan kontroversi.
"Berbeda dengan konteks pencalonan Pilpres, yang paling menentukan tetap figur Capres dan cawapresnya, bukan figur Jurkam ataupun timnya," tegasnya, saat dihubungi TribunJatim.com (Grup Tribunmadura.com), Kamis (31/1/2019).
Selain itu, di kubu Capres dan cawapres nomor urut 01 Jokowi-Makruf Amin pun juga tidak terlepas dari kontroversi.
Sehingga dijebloskannya Ahmad Dhani yang juga merupakan Caleg DPR RI Dapil Jatim I (Surabaya dan Sidoarjo) dari Partai Gerindra ini dinilai Mochtar W Oetomo tidak mempengaruhi elektabilitas masing-masing Paslon Capres-cawapres.
Karena kontroversi semacam ini bukan hanya sekali dua kali terjadi baik itu dari nomor urut 01 maupun 02.
"Kerugian secara langsung, adalah pencalegan Ahmad Dhani, tentu secara personal akan menggerus elektabilitas dia," tegasnya.
Meski popularitas Ahmad Dhani semakin naik setelah dia ditahan di LP Cipinang, Mochtar W Oetomo menilai, popularitas tersebut tidak berbanding lurus dengan elektabilitasnya yang masih rendah.
"Ahmad Dhani ini tidak linear antara popularitas dengan elektabilitasnya, terakhir Popularitas dia kan menyentuh angka 80 persen tapi elektabilitasnya masih dikisaran 3-4 persen jadi tidak linier," bebernya.