Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Zona Emosi Buat Anak Nyaman di Sekolah

Kegiatan mengenal emosi lewat zona emosi ini sepertinya tampak sederhana, namun ternyata dapat menciptakan ekosistem lingkungan positif di sekolah

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Zona Emosi Buat Anak Nyaman di Sekolah
istimewa
Zona emosi adalah zona yang memfasilitasi anak untuk mengenal emosinya sendiri. Anak-anak didorong untuk mengidentifikasi apa yang dia rasakan seperti marah, sedih, senang, kecewa 

Zona-zona tersebut memberikan siswa kesempatan untuk mengembangkan diri tahap demi tahap. Karena itulah Gerakan Sekolah Menyenangkan menginisiasi dan merekomendasikan adanya zona emosi pada setiap kelas.

Di tahun pertama, SD Muhammadiyah Mantaran menerapkan, empat area menarik untuk membentuk karakter anak lebih baik.

Zona-zona ini ditunjukkan untuk membantu perubahan anak dari sisi lingkungan secara positif.

Kelas-kelas mulai dipercantik dengan warna-warni menarik di beberapa zona. Zona-zona yang dimaksud seperti area kebersihan, kedatangan, emosi, harapan dan cita-cita serta literasi.

Lingkungan belajar positif, pembelajaran berbasis projek, keterhubungan sekolah dengan masyarakat, dan pengembangan karakter pun tercipta di sana.

GSM memberikan pelatihan kepada guru dan kepala sekolah yang ingin menerima perubahan sudut pandang tentang pembelajaran.

Memang tidak mudah, namun semangat perubahan terus digaungkan di Mantaran.

Berita Rekomendasi

Peralihan dari mindset pendidikan standardisasi ke pendidikan yang memanusiakan juga butuh proses yang tidak sebentar. Adapun kini SD Muh Mantaran sedang menikmati buahnya.

Anak-anak semakin gembira di sekolah dan tumbuh karakter-karakter positif dalam diri mereka.

Empati terus diusung, sementara kreativitas tidak dimatikan dalam pendidikan.

"Kondisi seperti ini memberikan kemerdekaan belajar bagi guru dan murid di sekolah," tutur Rizal.

“Di Indonesia ini, guru tidak punya cukup kemerdekaan untuk mengembangkan pikiran kritisnya karena disbukkan oleh urusan administratif yang berjibun," katanya.

Padahal, guru harusnya lebih fleksibel, karena tugas guru itu mencerdaskan murid, bukan hanya memenuhi penyampaian materi.

"Bicara soal kecerdasan pun ada begitu banyak yang harus diperhatikan, mulai dari kecerdasan emosional, sosial, hingga kognitif kompleks,” katanya.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas