Kisah Guru di Pedalaman Jembrana, Mengajar di Sekolah yang Mepet Hutan
Guru di Jembrana, Anak Agung Putu Agung Adhitya berbagi cerita bagaimana kesehariannya mengajar di sekolah yang jaraknya hanya 1 kilometer dari hutan.
Penulis: Theresia Felisiani
Demi mencukupi kebutuhan pembelajaran muridnya, ia pun harus menggelar tatap muka seminggu sekali.
Dan itu pun dengan menaati protokol kesehatan.
Baca juga: Perjuangan Guru di Batang Antar Soal Ujian ke Pegunungan, Nombok Ratusan Ribu untuk Kuota Internet
Meskipun, saat ini sudah dapat PTM (Pembelajaran Tatap Muka) setiap hari, namun dengan jumlah terbatas.
“Pada saat pandemi, sebagai guru pun saya harus mengusir kebosanan siswa-siswi yang saya didik. Karena hanya dari WA saja mereka juga bosan,” ungkapnya.
Karena itu, sambungnya, ia berinisiatif membuat siswanya tidak bosan.
Caranya dengan membuat video literasi.
Mereka akan membuat video dengan handphone dengan berkelompok, kemudian menuliskan segala unsur dalam buku yang dicari di perpustakaan, dituangkan dalam video.
Setelah itu, video dari para siswanya itu di-upload-nya ke instagram.
Dari situ siswa kemudian membandingkan, antara video satu kelompok dan kelompok lainnya.
“Dari perbandingan di instagram itu mereka akhirnya membenahi kualitas,” ungkapnya.
Sensasi Mengajar di Dekat Hutan
Gung Adhitya pun mengakui, sebagai seorang guru dirinya memiliki banyak tantangan selama tujuh tahun ini.
Sebab, dirinya harus mengajar di pelosok.
Dimana sekolah SD Negeri 3 Tegalcangkring berada tujuh hingga delapan kilometer dari jalan raya utama.