5 Fakta Arisan Fiktif di Jawa Tengah, Polisi Buru Penyelenggara hingga Penyebab Orang Tergiur
Polisi mengimbau, masyarakat agar mengetahui identitas perusahaan dan pemilik sebelum mengikuti investasi atau arisan online
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Jateng iwan Arifianto
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Arisan online fiktif beberapa hari ini hangat diperbincangkan dan kasus ini mencuat selepas beberapa korban mengadu ke pihak kepolisian.
Ratusan korban sudah terjerat modus penipuan ini dan tak tanggung-tanggung, kerugian menimpa korban capai miliaran rupiah.
Berikut fakta-faktanya :
1. Berawal Investasi
Satu korban arisan online fiktif di Kota Semarang yang minta identitasnya disembunyikan mengatakan,terjerat arisan online fiktif bermula melihat postingan teman-temannya sehingga tertarik mengikutinya.
"Jadi kayak orang posting jualan.
Kalau minat ya beli.
Ketika itu aku niatnya nabungin uang," ungkapnya kepada Tribunjateng.com, Selasa (24/8/2021).
Ia menyebut, modus arisan online fiktif awalnya berupa investasi.
Baca juga: Anak Muda Cocok Berinvestasi di Aset Kripto dan Emas Cocok untuk Investasi Jangka Panjang
Setiap dua minggu dapat untung sekira Rp300 ribu.
Dari invetasi tersebut, ternyata ada program arisan online sehingga ia ditawari untuk ikut arisan online namun menolak.
Ia mengaku, hanya tertarik dengan skema investasi tersebut.
Namun ternyata terduga pelaku ini juga bermain di arisan online.
"Awalnya ngira kalau investasi dan arisan online sendiri-sendiri.
Selepas pelaku kabur ternyata kalau investasi dan arisan online itu saling berkaitan," jelasnya.
Ia menegaskan, semisal tahu bahwa itu artisan online tak akan ikut sedari awal.
"Jadi pas ikut awalnya aman.
Baca juga: Bisa Dilakukan Bareng Sahabat, Ini Langkah Arisan Emas di Pegadaian
Lama-lama keinginan dapat untung banyak semakin besar.
Pas dibanyakin uangnya malah hilang," terangnya.
Ia mengaku, alami kerugian tak terlalu besar yakni di bawah Rp10 juta namun puluhan teman lainnya alami kerugian rata-rata di atas Rp20 juta.
2. Berlangsung 7 bulan
Arisan fiktif tersebut sudah diikutinya dari Desember 2020 kemudian bermasalah di Agustus 2021.
Ia mengatakan, ciri-ciri arisan online fiktif di antaranya member dapat untung besar secara instan.
"Uang ratusan ribu bisa cair dalam hitungan hari. Siapa yang ga tergiur apalagi di masa pandemi kayak gini," jelasnya.
Ia berpesan, kepada masyarakat jangan mudah percaya dapat uang secara instan terutama di tengah pandemi seperti saat ini.
"Lebih aman nabung sendiri aja. Itu aman, dari pada percayakan masalah uang sama orang lain," terangnya.
3. Polisi minta masyarakat hati-hati dan kejar pelaku
Maraknya kasus tersebut, Polda Jateng meminta masyarakat untuk lebih berhati-hati.
Terutama dalam memilih investasi atau arisan online.
Apalagi kasus investasi atau arisan online fiktif sudah terjadi di berbagai daerah mulai Kota Semarang, Salatiga, Blora, Jepara dan Sragen.
"Iya para korban yang merasa dirugikan sudah melaporkan ke masing-masing Polres," kata Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol M Iqbal Al-qudusy.
Menurutnya,laporan kasus dari masyarakat yang menjadi korban arisan online tersebut sudah ditindak lanjuti oleh kepolisian.
"Kami melakukan penyelidikan dan memeriksa saksi-saksi," paparnya.
Pihaknya menegaskan, akan terus mengejar pihak-pihak yang terlibat dalam arisan fiktif tersebut.
"Ya pelaku masih dalam pengejaran," tuturnya.
4. Polisi minta nasabah kenali perusahaan dan penyelenggara arisan
Selain itu, ia mengimbau, masyarakat agar mengetahui identitas perusahaan dan pemilik sebelum mengikuti investasi atau arisan online.
Berikutnya, tidak mudah tergiur dengan keuntungan yang ditawarkan investasi atau arisan online.
Apalagi banyak oknum yang memanfaatkan kelengahan masyarakat di tengah pandemi.
"Cek, periksa dan gali sedalam mungkin informasi instansi atau lembaga mereka," pesannya.
5. Dipengaruhi lingkungan sekitar
Psikolog Kota Semarang, Probowatie Tjondronegoro menjelaskan, mudahnya korban terjerat arisan online lantaran tergantung situasi lingkungan yang mempengaruhi.
Apalagi di masa pandemi, setiap orang seringkali lebih banyak menggunakan gadget dari pada bersosialisasi.
"Arisan online itu tidak instan, mulai dari sedikit-sedikit dan terus bertambah banyak hingga terjebak," katanya kepada Tribunjateng.com.
Ia menyebut, arisan online bak seperti judi.
Lantaran memaksa member untuk terus ikut dan gampang tergiur oleh pelaku.
"Korban gampang tertipu karena situasi mereka secara psikologi merasa ingin mencoba atau rasa keingintahuan yang tinggi sampai tak terkendali.
Jarang korban merasa tertipu dan berhenti di tengah jalan.
Sadar-sadar sudah merasa tertipu," tuturnya.
Ia menyebut, korban juga tak melihat latar belakang bahkan rata-rata mereka yang terjerat skema arisan online fiktif adalah orang terpelajar dan dari kelas ekonomi menengah.
Ia meragukan korban terjerat penipuan arisan online lantaran kurang referensi.
"Kejahatan ini kan sudah berulang kali banyak diberitakan.
Bukan kurangnya referensi tapi rasa ingin mencoba para korban hingga terjerat," bebernya.
Ia berpesan, kepada para korban untuk lebih mengendalikan diri.
"Teliti sebelum membeli apalagi di masa pandemi," katanya.
Ia melanjutkan, dampak dari terjerat kasus tersebut bisa berdampak tak hanya uang.
Melainkan dampak emosional bahkan kekerabatan jika uang tersebut hasil meminjam.
"Misal korban merasa stres jangan segan cari bantuan.
Minimal curhat sama teman jangan dipendam sendiri," tandasnya. (Iwn)
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Cerita Korban Penipuan Arisan Online Semarang, Tergiur Untung Ratusan Ribu per Hari
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.