Keberadaan Pohon Cendana Terancam, Perlu Upaya Konservasi untuk Pulihkan Ekosistemnya
Konservasi pohon cendana harus menjadi gerakan bersama dalam memulihkan ekosistem perlu Dukungan regulasi perlindungan dan pemanfaatan cendana di NTT
Penulis: Willem Jonata
Editor: Eko Sutriyanto
Rupanya upaya untuk meremajakan kembali cendana oleh pemerintah daerah sebagai ikon pulau Timor harus kita dukung secara bersama.
Muhibah Budaya Jalur Rempah dengan pelayaran menggunakan KRI Dewaruci ini setidaknya menjadi petisi bagi kita semua yang berkepentingan untuk mengembalikan aroma wangi cendana, bersolidaritas bergerak bersama melestarikan ekosistem cendana, mengembalikan kejayaan NTT sebagai daerah penghasil cendana, sekaligus mendorong pemulihan ekologi dan kesejahteraan masyarakatnya.
Berbagai fakta ini mendorong 40 orang pemuda pemudi Indonesia dari 34 provinsi di Indonesia sebagai Laskar Rempah melakukan berbagai aktivitas budaya di Kota Kupang.
Mereka mulai berkegiatan menanam cendana, sebagai salah satu penanda dukungan secara nyata pemuda-pemudi generasi masa sekarang dalam usaha membangkitkan kembali tanaman cendana agar kembali mewangi.
Berbagai forum bertukar pikiran, dan berbagi pengalaman dalam menghadapi perkembangan dunia global, termasuk isu perubahan alam juga mereka lakukan bersama stakeholder di Kupang. Forum itu penting untuk mendapatkan berbagai insight baru dalam usaha melestarikan budidaya cendana.
Rangkaian kegiatan Muhibah Budaya Jalur Rempah sebelumnya berada di Banda Neira yang ditutup dengan pelepasan KRI Dewaruci oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Hilmar Farid.
Perjalanan Muhibah Budaya Jalur Rempah memfokuskan pada pemahaman dan aksi bersama sebagai usaha budidaya cendana, mulai proses penanaman bibit hingga perawatan yang membutuhkan proses tak mudah.
Hal ini harus menjadi komitmen bersama antara pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat, agar minyak cendana terbaik di dunia ini tidak punah dari bumi NTT ini.