Menteri LHK RI Ajak Menteri Iklim dan LH Norwegia ke Titik Rehabilitasi Mangrove di Balikpapan
Menteri Espen Barth Eide juga menyampaikan bahwa ekosistem mangrove, serta kawasan hutan pada umumnya memiliki peran yang sangat penting bagi dunia
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Eko Sutriyanto
Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove, Hartono menyatakan bahwa kedatangan Menteri Iklim dan Lingkungan dari Kerajaan Norwegia menjadi bukti dukungan dari dunia Internasional bagi Indonesia untuk merehabilitasi mangrove.
Baca juga: Penanaman Mangrove, Upaya PNM Melestarikan Ekosistem Hutan Bakau di Subang
"Rehabilitasi berperan besar dalam memulihkan kawasan ekosistem mangrove yang mengalami kerusakan, sehingga akan dapat menyerap dan menyimpan karbon. Oleh karena itu, ekosistem mangrove memegang peranan kunci dalam pemenuhan target NDC Indonesia," ungkap Hartono.
Ekosistem mangrove memiliki fungsi yang sangat penting bagi lingkungan hidup dan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Mangrove memberikan pengetahuan dan kesempatan untuk melihat satwa liar. Mangrove juga dapat tumbuh dekat dengan tempat wisata seperti terumbu karang dan pantai berpasir (IUCN, 2017).
Ekosistem mangrove juga berperan sebagai benteng untuk melindungi pantai dari abrasi, gelombang kuat, badai, dan naiknya permukaan laut (Beck et al., 2019). Mangrove merupakan habitat penting dan tempat berkembang biak ikan dan satwa lainnya.
Mangrove menyediakan bahan baku yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, seperti hasil hutan bukan kayu, sumber pangan, hasil ikan, dan sebagainya.
Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang paling efektif untuk menangkap, menyerap, dan menyimpan karbon dioksida (CO2) dari atmosfer (blue carbon). Mangrove menyerap CO2 dari atmosfer dan menyimpannya dalam biomassa dan tanah organik yang membuatnya tetap stabil. (Worthington et al., 2019)
Ekosistem mangrove yang terjaga dengan baik dapat menyimpan karbon 3-5 kali lebih banyak dari hutan terestrial biasa. Karbon yang tersimpan di ekosistem mangrove Indonesia diperkirakan mencapai 3,0 Gton CO2e. Kemudian karbon yang tersimpan di mangrove dan padang lamun di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 3,4 Gton CO2e, sekitar 17% dari simpanan blue carbon di dunia.
Kunjungan kerja kali ini, kedua menteri tersebut didampingi juga oleh Wakil Menteri LHK, Alue Dohong, Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), Hartono, Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) KLHK, Agus Justianto, Direktur Jenderal Pengendalian DAS dan Rehabilitasi Hutan (PDASRH) KLHK, Dyah Murtiningsih, serta para pejabat pimpinan tinggi dari KLHK, BRGM dan Kementerian Kelautan Perikanan.