Melihat Gedung Panti Wangka, Saksi Sejarah Konferensi Federal Golongan Minoritas di Zaman Belanda
Bangunan berdinding putih ini menyimpan sejarah penting Indonesia meski bangunannya terkesan sepi tak berpenghuni.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Bangkapos.com, M Ismunadi
TRIBUNNEWS.COM, PANGKALPINANG - Gedung Panti Wangka masih berdiri kokoh di Jalan Merdeka, Pangkalpinang, pusat Ibu Kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Bangunan berdinding putih ini menyimpan sejarah penting Indonesia meski bangunannya terkesan sepi tak berpenghuni.
Di Zaman Hindia Belanda, Panti Wangka menjadi tempat penyelenggaraan konferensi federal yang bertujuan untuk penyatuan pendapat antara golongan-golongan minoritas yang ada di Indonesia untuk mendukung pemerintah Hindia Belanda.
Menurut Sejarawan dan Budayawan Penerima Anugerah Kebudayaan, Akhmad Elvian, gedung bersejarah ini dulu bernama Societeit Harmonie yang didirikan pada masa residen Bangka A.J.N. Engelenberg.
Baca juga: Jadi Tradisi Imlek, Begini Sejarah dan Makna Angpau
Kala itu, A.J.N. Engelenberg memerintah pada tahun 1913-1918 Masehi saat ibu kota keresidenan Bangka dipindahkan dari Kota Muntok ke Pangkalpinang pada 3 September 1913 Masehi.
Societeit Harmonie awalnya digunakan sebagai tempat berkumpulnya ambtenar-ambtenar goebernemen atau pegawai-pegawai tinggi pemerintah dan pejabat-pejabat perusahaan BTW (Banka Tin Winning), para perwira tinggi militer, para pengusaha dan orang-orang kaya Belanda untuk berkumpul bersama, mendengarkan musik dan hiburan serta kesenian.
Gedung Panti Wangka, sebelumnya telah digunakan sebagai tempat pelaksanaan Konferensi Federal Pangkalpinang pada tanggal 1-12 Oktober 1946 Masehi.
Konferensi Federal Pangkalpinang dilaksanakan sebagai kelanjutan dari konferensi federal yang dilaksanakan di Malino, satu kota kecil di Sulawesi Selatan pada tanggal 15-25 Juli 1946 Masehi.
Konferensi-konferensi federal digagas oleh Dr. H.J.van Mook, Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda dalam rangka membentuk negara-negara federal yang merupakan Uni Indonesia-Belanda yang bertujuan untuk penyatuan pendapat antara golongan-golongan minoritas yang ada di Indonesia untuk mendukung pemerintah Hindia Belanda.
Golongan-golongan minoritas tersebut adalah orang-orang Indo-Eropa, Arab, Cina, Jepang dan India.
"Dipilihnya Pangkalpinang sebagai tuan rumah pelaksanaan konferensi karena pemerintah Hindia Belanda ingin menjadikan daerah-daerah di luar Pulau Jawa dan di luar Pulau Sumatera sebagai basis kekuatannya," kata Akhmad Elvian.
Baca juga: Media Vietnam Soroti Sejarah Golden Star Warriors saat Bertandang di GBK, Bertekad Kubur Mimpi Buruk
Konferensi yang dilaksanakan di Societeit Harmonie diikuti sejumlah 80 orang delegasi dari sekitar 15 daerah pendudukan Belanda (Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Bangka Belitung, Riau, Sulawesi Selatan, Minahasa, Menado, Bali, Lombok, Timor, Sangihe-Talaud, Maluku Utara, Maluku Selatan dan Papua.
Gedung ini yang semula bernama Societeit Harmonie berubah menjadi Gedung Panti Wangka pada tahun 1953.