Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

74 Anak Hamil, Bupati Belitung Timur Minta Orangtua Tingkatkan Pengawasan Anak

orangtua diharapkan dapat terua mengawasi anak, termasuk saat tengah menggunakan gadget.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Erik S
zoom-in 74 Anak Hamil, Bupati Belitung Timur Minta Orangtua Tingkatkan Pengawasan Anak
Surya/Ilustrasi
Ilustrasi - Cukup tingginya angka anak berusia di bawah 19 tahun yang mengalami kehamilan di Belitung Timur membuat banyak pihak turut prihatin. 

Dirinya pun berharap angka kehamilan pada anak ini dapat ditekan, seiring dengan banyaknya sosialisasi yang dilakukan pihak terkait, termasuk Puskesmas di wilayahnya.
Pada periode 2022 hingga Maret 2023, sebanyak 74 anak berusia di bawah 19 tahun di Belitung Timur hamil.

Baca juga: Apakah pernikahan siri pada anak-anak di Sulsel meningkat, setelah dispensasi nikah di bawah umur diperketat?

Puskesmas Gantung, Belitung Timur mencatat pada 2022, 61 anak berusia di bawah 19 tahun mengalami kehamilan.

Beberapa di antaranya dalam kondisi hamil di luar nikah.

Sementara itu hingga Maret 2023, tercatat ada data tambahan 13 anak yang mengalami kehamilan di wilayah tersebut.

Sehingga total yang mengalami kehamilan di Belitung Timur menjadi 74 anak.

Lalu apa yang sebenarnya terjadi?

Kepala Puskesmas Gantung, Ayu Nilam Sahri mengatakam bahwa ada berbagai faktor yang memiliki peran dalam memicu kondisi ini.

Berita Rekomendasi

Faktor pertama adalah pola asuh orang tua dan kendali orang tua terhadap sang anak.

Menurutnya, orang tua harus memahami bahwa harus ada perubahan dalam menerapkan pola asuh terhadap anak.

Hal ini karena saat ini kehidupan mereka telah terpapar teknologi yang memudahkan dalam mengakses berbagai konten, termasuk konten dewasa.

"Pola asuh saat ini tidak bisa lagi seperti zaman dulu. Sekarang akses mereka terhadap dunia luar sudah tidak terbatas, karena adanya teknologi. Jadi pendekatan asuh kepada anak juga harus disesuaikan mengikuti zaman," kata Ayu kepada posbelitung.co, Rabu (26/4/2023).

Sementara itu, faktor lainnya seperti banyaknya anak yang mengalami putus sekolah di level Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) pun turut berperan.


Menurutnya, anak-anak yang putus sekolah ini sebagian mengklam dirinya bisa mandiri dan mampu mencari uang sendiri.

Sehingga pola pikir inilah yang kemudian mendorong mereka untuk memutuskan berkeluarga, walaupun usia mereka masih belum cukup untuk membina rumah tangga.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas