Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bapak Kos Pemakan Kucing di Semarang Ngaku Pernah Periksa ke Dokter, tapi Tak Diberi Obat Diabetes

Nuryanto alias NY (62) pemakan daging kucing di Semarang, Jawa Tengah, mengaku pernah berobat diabetes ke dokter, tetapi tak diberi obat.

Penulis: Muhamad Deni Setiawan
Editor: Endra Kurniawan
zoom-in Bapak Kos Pemakan Kucing di Semarang Ngaku Pernah Periksa ke Dokter, tapi Tak Diberi Obat Diabetes
Istimewa
Polisi mendatangi rumah NY pemakan daging kucing di Sekaran, Gunungpati, Kota Semarang, Rabu (7/8/2024). Nuryanto alias NY (62) pemakan daging kucing di Semarang, Jawa Tengah, mengaku pernah berobat diabetes ke dokter, tetapi tak diberi obat. 

Kucing tak termasuk sebagai hewan ternak konsumsi. Oleh sebab itu, mengonsumsinya menjadi tindakan yang berpotensi menjadi vektor zoonosis di tengah masyarakat.

Dilansir laman Universitas Airlangga, Dosen Kesehatan Masyarakat Veteriner SIKIA, Prima Ayu Wibawati drh M Si, menyebut mengonsumsi daging kucing sangat tidak etis.

Apabila menilik UU No 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang diubah dengan UU 41 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009, ternak memang hewan peliharaan, tetapi diperuntukkan untuk pangan manusia.

“Dari UU itu, daging kucing bukan produk hewan yang masuk kriteria dikonsumsi manusia. Jadi ini merupakan tindakan penyalahgunaan."

"Apapun alasan (konsumsi, red) hanyalah dalih untuk menghalalkan dan membenarkan pendapat pengkonsumsi tersebut,” kata Prima.

Ia menyatakan konsumsi bisa memberikan dampak langsung bagi manusia.

Terdapat kebijakan pemerintah terkait pemotongan hewan di Rumah Potong Hewan (RPH).

Berita Rekomendasi

Ini mengenai perlindungan konsumen untuk memastikan konsumen memperoleh produk yang aman, sehat, dan utuh, serta halal (untuk hewan yang halal) sehingga bisa memastikan hewan tersebut memang layak potong.

Ia menyatakan kucing tak ada standarisasi pemotongan hingga pemakaiannya sehingga tak ada jaminan keamanan untuk dikonsumsi manusia.

“Sudah jelas jaminan keamanannya tidak ada. Mulai dari penangkapan, transportasi ternak hingga bagaimana cara penyembelihannya, kita gak tau. Mungkin saja kucing membawa bibit penyakit,” sebutnya.

Akibat tak mempunyai standarisasi jaminan keamanan pangan, potensi zoonosis terpampang nyata dari kegiatan konsumsi daging kucing.

Berbagai penyakit meat borne disease, seperti Tuberculosis, Brucellosis, Salmonellosis, Botulism, Staphylococcal Meat Intoxication, Taeniasis, Trichinosis hingga Clostridiosis berpotensi menginfeksi pengkonsumsi daging kucing. Bahkan infeksi rabies bisa menyerang.

“Dikhawatirkan, berbagai penyakit dari meat borne disease berpotensi menginfeksi orang yang makan."

"Selain itu kucing merupakan reservoir rabies, jadi apabila memang memiliki virus rabies. Maka juga potensi zoonosisnya juga sangat tinggi,” ucap Prima.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul: Inilah Tampang Nuryanto Bapak Kos Gunungpati Semarang yang Doyan Makan Kucing, Sudah 8 Tahun.

(Tribunnews.com/Deni)(TribunJateng.com/Iwan Arifianto)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas