Ikhtiar Panggilan Baitullah: Tukang Batu hingga Nakesdan Bisa Naik Haji, BPKH Beri Pelayanan Pasti
BPKH memberikan pelayanan dalam ekosistem ibadah haji Indonesia, semua kalangan pun bisa naik haji
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Sri Juliati
Ketika pandemi COVID-19 melanda, jadwal keberangkatan Hantoro yang seharusnya pada 2021 harus tertunda.
Bahkan, pada 2023, ia sempat ditawari untuk mempercepat keberangkatan, tetapi kekurangan dana membuatnya meminta jadwal sesuai semula, 2024.
“Saya sempat bingung mencari tambahan dana. Tapi di tengah kesulitan, ada saja yang menawarkan bantuan. Ada yang meminjamkan uang tanpa meminta dikembalikan. Gusti Allah memang maha baik,” katanya penuh rasa syukur.
Persiapan menuju Tanah Suci tidak hanya soal finansial. Hantoro juga mempersiapkan fisik dan spiritualnya. Setiap sore, setelah bekerja, ia rutin berjalan kaki sejauh tujuh kilometer untuk melatih ketahanan tubuh.
“Kami memilih program haji mandiri. Itu artinya, kami harus siap berjalan kaki jauh, termasuk dari Arafah ke Mina,” jelasnya.
Di sisi lain, ia juga rajin mengikuti pengajian dan manasik haji. “Haji itu ibadah yang penuh makna. Tidak memandang kaya atau miskin. Urusannya langsung dengan Allah. Yang penting kita niatkan dengan tulus,” ujarnya dengan suara tegas.
Kini, setelah pulang dari Tanah Suci, Hantoro merasakan hidupnya berubah. Meski ia tidak terlalu suka dipanggil “Haji,” ia sadar bahwa gelar itu melekat sebagai pengingat untuk terus menjaga perilakunya. “Saya harus menyesuaikan diri. Tidak bisa sembarangan seperti dulu. Ini tanggung jawab moral,” katanya.
Kepada mereka yang bermimpi untuk pergi haji, Hantoro menitipkan pesan mendalam. “Haji adalah panggilan Allah. Kalau sudah diniati, pasti ada jalan. Mulailah dengan membuka tabungan haji. Usaha, doa, dan kesabaran adalah kunci. Percayalah, pertolongan Allah selalu ada di saat yang tepat,” tutupnya dengan senyum penuh keyakinan.
Perjalanan Hantoro Parwono membuktikan bahwa impian sebesar apa pun dapat terwujud dengan keteguhan hati, kerja keras, dan keyakinan. Peluh dan air mata yang ia curahkan kini telah terbayar dengan ganjaran luar biasa: menyentuh Ka’bah dan menjalankan rukun Islam kelima.
Nakesdan Petugas Haji
Perjuangan naik haji juga ditunjukkan oleh Rahma Ika Pratiwi (32), sanitarian di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Dr. Arif Zainudin, Surakarta, Jawa Tengah.
Lembaran kehidupan seorang Rahma tak habis titik pada kisahnya sebagai abdi negara atau ASN RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta. Sebagai tenaga kesehatan dengan gelar Magister Kesehatan Lingkungan, ia memiliki tanggung jawab moral untuk berbagi.
Kendati tidak jatuh tiba-tiba dari langit, berkah tersebut datang dengan usaha dan jerih payah Rahma setelah mendapatkan penghargaan bergengsi dari Kementerian Kesehatan yakni Tenaga Kesehatan Teladan (Nakesdan) 2023 dalam kategori Tenaga Kesehatan Lingkungan.
Setelahnya informasi pendaftaran petugas kesehatan haji 2024 dari Kementerian Kesehatan cepat-cepat ia pelajari.
Ibu satu aak ini akhirnya mengikuti seleksi yang menyajikan serangkaian tes tak gampang lantaran teman nakesdan (Tenaga Kesehatan Teladan) angkatannya tak lolos.