Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Berburu Plus-plus di Enggano
Simak terus catatan perjalanan Enggano, karena masih melimpah kisah cerita lainnya yang menginspirasi
Editor: Hasanudin Aco
Jenis dan jumlah binatang buruan diatur dalam Permenhut No: P.19/Menhut-II/2010 tentang Penggolongan dan Tata Cara Penetapan Jumlah Satwa Buru.
Satwa dilindungi sebagai satwa buru dapat ditetapkan dalam rangka: pengendalian hama, pembinaan populasi, pembinaan habitat, penelitian dan pengembangan, rekayasa genetik memperoleh bibit penangkaran, dan pemanfaatan hasil penangkaran.
Dua di Enggano
Mendengar upaya pengembangan program wisata berburu di wilayahnya, Camat Enggano, Susanto sungguh gembira. Seperti yang ia tahu, Pemkab Bengkulu Utara juga sudah mengundang investor untuk menanamkan modal di sektor pariwisata Enggano. “Tak kurang 120 hektare spot yang bisa dijadikan tujuan utama beach watching kalau ke Enggano. Sangat indah,” kata Susanto, promosi.
Doni bertanya, “Apakah pernah ada turis asing ke sini?”
Cepat camat menjawab, “Pernah. Dari Belgia, Perancis, dan Jerman. Rata-rata mereka datang rombongan kecil, 7 sampai 10 turis. Kami punya kendala promosi. Pernah kami bikin akun medsos Facebook dan Instagram. Pernah juga bikin website. Tapi kendalanya adalah signal hape yang belum merata. Akhirnya, saat ada orang bertanya atau bahkan reservasi, kami lambat merespon. Kesannya kami tidak serius. Padahal karena di Enggano susah sinyal,” paparnya.
Doni lalu memperkenalkan dua orang anggota rombongannya: Sinyo Haryanto dan Roy Haryanto. Jika Anda pernah mendengar pembalap Indonesia Rio Haryanto, nah Sinyo adalah bapaknya. Dua orang yang dibawa Doni itu tokoh olahraga berburu Indonesia.
Doni Monardo mengajak Sinyo dan Roy untuk menjajaki medan berburu Enggano. Mereka mendiskusikan sampai pada soal-soal teknis seperti penyediaan fasilitas glamping kelas premium. "Tentu pak Sinyo dan PPAD tidak bisa sendiri, melainkan harus menggandeng masyarakat Enggano,” ujar Doni.
Doni teringat apa yang ia dengar dari Sinyo dan Roy Haryanto. Dalam setiap kegiatan berburu, pasti membutuhkan pendamping. Fungsinya selain menunjukkan rute, juga untuk membantu membawa perlengkapan buru, termasuk bahan makanan. “Dan kalau berburu bisa berhari-hari,” tambah Doni.
Bisa jadi ada saat-saat berburu malam hari. Ada kalanya berburu di siang bolong. Masyarakat pemandu juga harus paham seluk beluk taman buru yang ada di Enggano, termasuk mengetahui kapan hewan-hewan buruan itu keluar. Apakah rusa, babi hutan, dan sebagainya.
Menjaga Kearifan Lokal
Keterlibatan masyarakat dalam mendukung wisata berburu di Enggano sangat dibutuhkan. Selain fungsi yang disebut di atas, masih ada fungsi lain, yaitu untuk melestarikan adat-istiadat dan budaya lokal.
“Barangkali ada hal-hal yang boleh dan tidak boleh menurut adat-istiadat. Jangan sampai karena tidak mengindahkan adat dan budaya lokal, terjadi kasus pemburu tersesat di tengah hutan, berputar-putar tak bisa menemukan jalan keluar. Maklumlah, di hutan kerap terjadi hal-hal mistis,” ujar Danjen Kopassus 2014-2015, itu.
Bak gayung-bersambut, menurut Sinyo, olahraga berburu adalah salah satu cara paling efektif memperkenalkan dan mengembangkan daerah wisata baru, seperti Enggano. “Sebab pemburu itu basisnya olahragawan. Tapi aktivitasnya bisa jadi beriwisata. Dan komunitas berburu itu rata-rata orang-orangnya adalah penantang adrenalin. Naik pesawat kecil, baling-baling atau perahu pun tidak masalah. Orangnya nekat-nekat, ha… ha… ha…,” kata Sinyo.