Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Jerman Korban Sepakbola Politik
Jerman dikecam berbagai kalangan, terutama di Asia, karena telah mencampuradukkan politik ideologi dengan sepak bola.
Editor: Hasanudin Aco
Sebelum bertanding melawan Jepang, Tim Jerman melakukan aksi tutup mulut di lapangan.
Bahkan Menteri Dalam Negeri Jerman menggunakan ban Pelangi simbol LGBT di lengannya saat berada di stadion.
Juga pemain Jerman terkesan mengejek pemain Jepang yang berpostur mini saat mereka berlari mengejar bola di lapangan.
Simpati terhadap Jerman, terutama fans asal Asia, pun pudar.
Sebuah insiden kecil terjadi di stadion saat Jerman tak lolos ke babak selanjutnya.
Sejumlah suporter Asia menyindir para suporter dengan aksi plester mulut.
Nama Mezut Ozll bekas Timnas Jerman di Piala Dunia 2018 trending di media sosial.
Pasalnya, Jerman bungkam kala Mesut Ozil bersuara soal kemanusiaan, khususnya yang menyangkut nasib muslim Uighur.
Sebuah standar ganda yang diterapkan Jerman.
Jerman tampaknya harus belajar dari Inggris bagaimana soft politik dalam sepakbola.
Media terbesar asal Inggris BBC sejak awal memprotes Qatar dengan memboikot siaran langsung pembukaan Piala Dunia.
Namun hal itu tidak diikuti oleh Tim Sepakbola Inggris.
Mereka tidak mempertontonkan aksi politik di lapangan seperti Tim Jerman.
Tim Inggris tetap bermain profesional.