Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Napak Tilas Sunan Kalijaga: Ketika Santri dan Abangan Manunggal dalam Pagelaran Wayang di Ujunggede
Sebab itulah dalam menyebarkan ajaran Islam, Sunan Kalijaga sering menggunakan wayang sebagai mediumnya.
Editor: Hasanudin Aco
Almarhum Ki Enthus Susmono, misalnya. Dalang asal Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, ini menciptakan tokoh-tokoh wayang yang dinamai tokoh-tokoh politik kontemporer seperti mendiang KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Amien Rais, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Alwi Shihab, dan sebagainya.
Dilansir dari laman Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), pertunjukan wayang kulit telah diakui sebagai “Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity” atau karya kebudayaan yang mengagumkan di bidang cerita narasi dan warisan budaya yang indah dan berharga, yang ditetapkan pada 7 November 2003.
Kedua, santri. Santri adalah mereka yang menuntut ilmu di pondok pesantren atau belajar kepada kiai (“nyantri”).
Ketiga, wayang santri. Yang dimaksud dengan “wayang santri” yang hendak dipentaskan di Ujunggede itu barangkali adalah pertunjukan wayang kulit yang dilakukan oleh para santri, termasuk dalangnya, Ki Suryo Ningrat. Atau bisa saja wayang yang “lakon” atau jalan ceritanya berkisah tentang santri.
Keempat, sedekah bumi. Sedekah bumi adalah suatu upacara adat yang melambangkan rasa syukur kepada Tuhan YME yang telah memberikan rezeki melalui Bumi berupa segala bentuk hasil Bumi seperti padi, palawija dan buah-buahan.
Dalam upacara yang sangat populer di Indonesia ini, khususnya Pulau Jawa,warga masyarakat biasanya membawa makanan dan buah-buahan hasil bumi sendiri.
Kelima, Makam Mbah Wongsoreko. Makam ini dianggap keramat oleh masyarakat Ujunggede, mengingat yang bersangkutan sebagai “sing babad alas” dan “sing mbahurekso” desa tersebut.
Keyakinan semacam ini biasanya ada dalam benak kaum abangan. Pertunjukan wayang kulit yang digelar di area Makam Mbah Wongsoreko merupakan penghormatan kepada leluhur Desa Ujunggede itu.
Bahkan bila mungkin, bisa jadi pagelaran wayang kulit itu dilakukan Ki Suryo Ningrat di Makam Sunan Kalijaga di Kadilangu, Demak, Jawa Tengah, karena ia ingin napak tilas murid Sunan Bonang itu.
Keenam, LESBUMI. LESBUMI merupakan badan otonom NU. NU, semua tahu, merupakan organisasi keagamaan terbesar di Indonesia yang moderat, yang mengakomodasi budaya lokal, termasuk wayang, dengan tidak mengharamkannya.
Kini, di makam Mbah Wongsoreko, Ujunggede, santri dan abangan “manunggal” alias menyatu.
* Karyudi Sutajah Putra: Analis Politik pada Konsultan dan Survei Indonesia (KSI).