Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Catatan HUT Ke-78 RI dan HUT Ke-20 PPAD: Heroik Kodir dari Tanah Blitar
Perang mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikan Sukarno – Hatta, atas nama bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 di rumah Pegangsaan.
Editor: Hasanudin Aco
Ia mengingat awal perjuangan diterjunkan di front Surabaya 1945 bersama laskar laskar lainnya.
Kodir berangkat dari Ponpes Al-Falah Mojo, Kediri untuk menuju Surabaya bersama rekan-rekannya
“Malam itu kami berangkat mampir ke Batalyon Z di Pare, Kediri, langsung menuju Surabaya. Tujuannya adalah Wonokromo. Tapi ketika sampai Brangkal, Mojokerto, terjadi pertempuran. Saya ditugaskan membantu menggotong meriam. Kadang bawa landasan, bawa kuda kuda atau laras meriam dan ini berat sekali membawanya. Begitulah perjuangan orang saat itu,” tutur Abdul Kodir.
Sebagai catatan, ketiga komponen yaitu meriam, landasan dan kuda kuda beratnya bisa mencapai sekitar 53 kilogram.
Kali yang lain, Abdul Kodir mengucapkan istilah "Dorgok" (disogok baru dor). Pengakuannya, ia membeli peluru, kemudian peluru dimasukin ke pipa besi yang dijadikan sebagai laras, kemudian disogok/ditusuk sehingga peluru meledak.
Ketika ditanya, ia ikut kelompok siapa, Kodir menjawab, “Batalyon 308 H.Machfud atau Batalyon Gelatik,” katanya.
Nama Machfud diabadikan karena nyali heroiknya yang mengagumkan.
Pejuang asal Kediri itu, dalam salah satu pertempuran pasca kemerdekaan, melompat ke atas panser, lalu membuka tutup dan melemparkan granat ke dalamnya.
“Blaaaarrrr…. Hancur semua. Lalu Machfud diangkat menjadi mayor,” kenang Kodir.
Lalu, Mbah Abdul Kodir sendiri memegang senjata apa ketika berperang? Terkekeh ia menjawab, “Bambu runcing! Lha bagaimana lagi, senjata karaben satu saja dipakai tiga-empat orang bergantian.”
Bersama pasukan yang lain, ia melakoni pertempuran demi pertempuran di sebagian wilayah Jawa Timur. Mengaku pernah berperang di Madura dan Gresik.
“Ya, pokoknya ditugaskan di mana-mana. Ya siap saja,” katanya.
“Tidak takut mati, mbah?”
“Tidak. Soalnya negaraku ingin dijajah lagi. Kami semua semangat,” jawabnya tegas.