Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Catatan HUT Ke-78 RI dan HUT Ke-20 PPAD: Heroik Kodir dari Tanah Blitar

Perang mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikan Sukarno – Hatta, atas nama bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 di rumah Pegangsaan.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Catatan HUT Ke-78 RI dan HUT Ke-20 PPAD: Heroik Kodir dari Tanah Blitar
Foto foto: Egy Massadiah
Para eks Laskar PETA 

Saat diminta nasihat untuk generasi muda, Kodir pun berpesan, “Pesan saya, jaga negara ini agar tidak dijajah bangsa asing lagi. Aku tidak pandang bulu. Mau dia Kristen, Buddha atau Islam, semua adalah Saudara.”

Terpeleset di Kamar Mandi

Menyambut Hari Kemerdekaan RI ke 78 dan HUT PPAD ke 20, tim PPAD menyambangi kediaman Mbah Abdul Kodir di Desa Maron, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.

Tim PPAD yang dipimpin Brigjen TNI Pur Edison S.E, M.M didampingi Ketua PPAD Jawa Timur, Mayjen TNI Purn DR Wibisono Poespitohadi tiba di kediaman Mbah Abdul Kodir pada 14 Agustus 2023 sore hari.

Ahmad Widodo, sang anak kedua menyambut hangat, ditemani Yusuf Handaka putra pertama serta si bungsu seorang perempuan, Tri Kumala Hayati.

Sejumlah pengurus Pepabri dan Legiun Veteran RI Kabupaten Blitar kompak ikut bergabung.

Kodir menerima utusan PPAD di tempat tidurnya. Ketika ditanya bagaimana kondisinya, ia menjawab, “Kondisinya dari dengkul (lutut kanan) ke tepong (paha) tidak bisa diangkat . Lain-lain tidak apa-apa.”

Berita Rekomendasi

Berkisah tentang perjuangannya, Mbah Kodir mengaku hanya bermodalkan semangat dan semangat, dengan tujuan mengusir penjajah.

“Saya pejuang rakyat dari KODM AD (komando onder distrik militer, semacam Kodam saat ini). Waktu di kesatuan, saya diberi pangkat letnan satu, di Kawedanan Srengat,” katanya.

Ketika ditanya pangkat terakhir, Kodir hanya tertawa, “Nggak tahu, saya tidak pernah ngurus pangkat.”

Ketika Belanda menyerah dan mengakui kedaulatan Indonesia, perang pun berakhir. Kodir kembali ke kampung untuk bertani. “Saya menikah umur 45. Istri saya 35 tahun,” katanya.

Ia menggarap tanah warisan kakeknya seluas 3 bahu. Ukuran bahu atau bau (dari bouw, kata bahasa Belanda, berarti "garapan") dalam agraria adalah satuan luas lahan yang dipakai di beberapa tempat di Indonesia, terutama di Jawa.

Ukuran bahu agak bervariasi, namun kebanyakan adalah 0,70 hingga 0,74 hektare (7000-7400 meter persegi) dan ada pula yang menyamakannya dengan 0,8 ha.

Saat ditanya resep panjang usianya, Mbah Kodir kembali mengatakan, “Saya selalu gembira. Saya suka nembang Dandang Gula. Lagu Jepang juga saya hafal,” katanya.

Halaman
1234
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas