Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Jenderal Zaluzhny, Masa Depan Zelensky, dan Sikap Barat Terkait Perang Ukraina
Perpecahan terjadi antara Panglima Militer Ukraina Jenderal Valery Zaluzhny dan Presiden Volodymir Zelenksy di tengah kabar kekalahan melawan Rusia.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Perang Rusia-Ukraina menemukan momentum baru, yang celakanya dianggap titik balik kemunduran pasukan Kiev dan bekingannya dari barat di medan perang.
Dalam perspektif Moskow, Ukraina saat ini sesungguhnya telah kalah. Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu menegaskan hal itu selain juga diutarakan Presiden Vladimir Putin pekan lalu.
Serangan balik yang digelar sejak awal Jun 2023, gagal total. Rusia mengklaim sekurangnya 90.000 tentara Ukraina tewas di pertempuran yang diimpikan bisa membalikkan keadaan.
Ukraina memanfaatkan dukungan besar dari NATO, baik dana maupun persenjataan modern dalam jumlah besar.
Termasuk penggunaan sistem HIMARS, barisan tank Leopard dari Jerman, rudal antitank dari AS, Prancis, rudal jarak jauh dari Inggris, dan jet-jet tempur dari negara Eropa timur.
Di titik kritis ketidakmampuan Ukraina membalikkan keadaan inilah, terjadi serangan 7 Oktober 2023 oleh Hamas ke wilayah Israel.
Situasi bertambah runyam bagi Ukraina. AS mengalihkan fokus membantu Israel, dan Gedung Putih menyatakan dukungan itu tanpa syarat apapun yant diperlukan Israel.
Baca juga: Ajudan Panglima Ukraina Tewas saat Buka Hadiah Berisi Granat di Hari Ulang Tahun
Baca juga: Ukraina Sudah Kalah! Benarkah Klaim Jenderal Rusia Ini?
Baca juga: Tadinya Terus Dukung Kiev Berperang, AS Kini Sarankan Ukraina Menyerah dan Berdamai dengan Rusia
Hampir dua tahun menyokong Ukraina tanpa hasil signifikan, NATO, Uni Eropa dan sekutu-sekutu mereka wajar jika mulai berpikir realistis.
Keretakan elite Ukraina kini mulai dimunculkan, lewat sejumlah laporan yang dirilis media-media liberalis di AS dan Inggris.
Jenderal Valery Zaluzhny, Panglima Militer Ukraina, secara khusus menerima wawancara majalah berpengaruh dari Inggris, The Economist.
Sosok Zaluzhny digambarkan sebagai figur militer yang cemerlang. Tapi fakta dia adalah pengagum Stephen Bandera, tokoh Ukraia kolaborator Nazi Jerman, tidak pernah ditampilkan.
The Economist yang mewakili suara-suara elite barat yang memusuhi Rusia, menunjukkan perbedaan pandangan signifikan antara Zaluzhny dan Presiden Volodymir Zelensky.
Zaluzhny menggambarkan Ukraina saat ini menemui jalan buntu peperangan melawan Rusia. Situasinya ia sebut mirip kebuntuan kala perang parit era Perang Dunia I.
Keadaan menurut Zaluzhny bisa berubah jika Ukraina menerima secara cepat dalam jumlah besar persenjataan modern guna melawan Rusia.