Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Houthi Yaman dan Nasib Kapal Induk USS Dwight Eisenhower di Laut Merah
Houthi Yaman mengklaim berhasil menyerang kapal induk USS Dwight Eisenhower di Laut Merah pada 1 Juni 2024.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Inilah awal dari konflik di Yaman. Kelompok Houthi merebut ibu kota Sanaa, mendepak Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi.
Mansour Hadi tetap menyatakan diri berkuasa dan berkedudukan di Aden, Yaman bagian selatan. Ia meminta perlindungan Arab Saudi.
Melihat menguatnya Houthi, Arab Saudi yang didukung sekutunya, menggempur Yaman, hendak mengembalikan kekuasaan Mansour Hadi.
Operasi militer ala Saudi gagal, dan mereka menderita kerugian sangat besar baik tentara, persenjataan, dan bahkan kilang minyak terbesar Aramco pernah dihajar rudal Houthi.
Peta politik hingga hari ini, kelompok Houthi praktis menguasai Yaman, walau tidak di semua wilayah, terutama di selatan.
Yaman dikenal sebagai negara termiskin di jazirah Arab, tapi kemunculan kelompok Houthi, menerbitkan rasa heran di banyak pihak.
Tentara Houthi dikenal datang dari rakyat jelata. Mereka berpakaian seperti umumnya warga Yaman, dan hanya bersandal jepit atau sepatu kets saat bertempur.
Kekuatan utama mereka adalah semangat perlawanan. Ada tiga dua slogan standar yang mereka selalu pekikkan saat bertempur.
Yaitu, enyahlah Amerika, hancurlah Israel. Houthi ini biasanya bertempur atau menyerang musuh dalam kelompok-kelompok kecil.
Mereka menumpang kendaraan SUV atau berjalan kaki, menyesuaikan geografi Yaman yang bergunung-gunung.
Tapi memang keunggulan lain, Houthi Yaman menerima dukungan kuat dari Iran. Baik instruktur, dana, maupun senjata.
Militer Yaman, kini juga menyatu dengan kelompok Houthi. Di tangan merekalah peluncuran rudal balistik dan drone-drone tempur dilakukan secara leluasa.
Dalam peta politik Timur Tengah, kekuatan Yaman ini benar-benar jadi kerikil dalam Sepatu bagi koalisi Arab dan barat, di tengah perang yang berkobar di Palestina.
Secara efektif perlawanan Yaman memecah konsentrasi, cukup menyedot energi dan dana, ketika Houthi menguasai jalur perdagangan minyak paling ramai di Laut Merah.
Jalur ini urat nadi bagi Israel, karena menghubungkan pelabuhan Eilat dengan dunia luar. Sabotase dan serangan Houthi di jalur pelayaran ini, sangat signifikan dampaknya.
Rentannya keamanan Laut Merah, membuat Israel dan banyak perusahaan pengiriman mengubah jalur logistik vital.
Israel kabarnya menggunakan pelabuhan Emirat dan Arab Saudi di Teluk Persia sebagai pintu masuk, dilanjutkan rute darat melintasi Yordania sebagai pintu masuknya.
Inilah yang membuat eksistensi Houthi Yaman di jalur Laut Merah mengapa begitu signifikan dampaknya.
Perkembangan terbaru lain, kantor berita Tasnim (Iran) mengabarkan Teheran kembali memasok rudal balistik Ghadr-110 ke Houthi di Yaman.
Rudal ini bisa diluncurkan dari kapal-kapal tempur di laut. Houthi Yaman memiliki armada laut yang kecil tapi taktis.
Kehadiran rudal balistik Ghadr-110 ini memberi ancaman semakin serius bagi armada laut AS dan sekutunya di Laut Merah.
Mereka akan dengan mudah menjadi target dan sasaran serangan, seperti nasib yang dialami kapal induk USS Dwight Eisenhower berikut armada pengawalnya.(Setya Krisna Sumarga/Editor Senior Tribun Network)