Dengan bertambahnya kepemilikan publik, artinya saham BRIS akan berpotensi semakin banyak ditransaksikan dalam satu waktu.
Adapun likuiditas saham adalah ukuran jumlah transaksi suatu saham dalam suatu periode tertentu. Semakin tinggi jumlah transaksi, berarti semakin tinggi pula tingkat likuiditas saham tersebut.
Secara terpisah, Pendiri Syariah Saham Asep Muhammad Saepul Islam mengatakan, tingginya minat investor dalam aksi korporasi yang dilakukan BSI nantinya tergantung pada rencana penggunaan dana segar tersebut.
Satu katalisator terbesar menurutnya adalah penggunaan dana untuk mengakuisisi unit usaha syariah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Bila melihat kinerja, UUS BTN membukukan pertumbuhan laba yang tidak kalah baik dengan BSI. Pun, fokus utama BTN Syariah yang menggarap segmen KPR akan memperkaya kemampuan BSI dalam menyalurkan pembiayaan.
“Berkaca pada BBRI juga pernah rights issue karena waktu itu ada isu pembentukan holding ultra mikro. Maka, tinggi (menarik bagi investor) bagaimana nanti dana rights issue ini mau digunakan untuk apa oleh BRIS,” kata Asep.
Selain itu, sentimen positif lainnya adalah apabila BSI dapat mengembangkan digitalisasi.
Asep memandang digitalisasi akan lebih mudah lagi untuk mengerek sentimen positif, sebab kata kunci pertumbuhan adalah terletak pada generasi Z dan digitalisasi.
“Kalau BSI bisa masuk di bidang itu, BSI akan dikenal generasi Z dan digital bankingnya lebih dikenal juga oleh khalayak,” terangnya.
Sebelumnya, manajemen BSI sempat mengungkapkan bahwa perusahaan akan meluncurkan aplikasi super atau super app pada awal 2023.
Dia mengungkapkan bahwa super app baru akan mengusung teknologi dan behavior baru, misalnya micro services atau arsitektur layanan mikro.
Micro services merupakan kerangka arsitektur yang dipakai sebagai model dalam pembuatan sistem cloud modern.
Sementara itu, dalam menerbitkan saham baru, menurut Asep, BSI akan diuntungkan satu faktor alami yang dimiliki oleh perusahaan berbasis syariah.
“Ada investor bank syariah yang tipikalnya loyalis, bukan oportunis ini untung atau tidak, tetapi karena saham syariah,” jelasnya.
Adapun, dari sisi teknikal, saham BRIS terpantau cukup kuat untuk menjaga harga.
Hal ini terlihat saat saham jatuh ke titik paling rendah tahun ini atau ke level Rp1.285, harganya kembali rebound ke level Rp1.500 hingga Rp1.600.