"Ini pertama kali saya sampaikan, momok terbesar adalah inflasi. Kenaikan barang dan jasa. Momok semua negara saat ini. Biasanya cuma (inflasi) 1 persen, sekarang ada yang 8 (persen, bahkan ada yang 80 persen (inflasi)," kata Jokowi.
Melihat inflasi jadi momok menakutkan saat ini, Jokowi meminta pada pembantunya agar kompak sama seperti ketika menangani kasus COVID-19 dua tahun terakhir.
Dia menyebut di negara lain, inflasi urusan bank sentral seperti Bank Indonesia dengan cara menaikkan suku bunga acuan, dengan begitu uang beredar bisa dikontrol. Tapi teori seperti itu, kata dia, tidak menjamin akan berhasil di situasi saat ini.
Di dalam negeri Jokowi ingin masalah ini ditangani semua pihak dan elemen negara. Dia melihat sejauh ini BI Kemenko Ekonomi, Kementerian Keuangan, dan lembaga lain sudah kompak merespons inflasi tanpa harus intervensi bank sentral pimpinan Perry Warjiyo itu.
"Tapi yang lebih penting adalah bukan rem uang beredar, kita selesaikan di ujung yaitu kenaikan barang dan jasa yang itu menjadi tanggung jawab semua. Caranya? Yang kita takuti sekarang inflasi, bahan pangan yang jadi kontribusi inflasi terbesar Agustus ini. Urusan cabai, bawang merah, telur ayam, tomat, tahu, mi instan, tempe, dan beras. Hati-hati barang ini. Cek harian!" kata dia.
Terkait krisi pangan, Jokowi menyebutkan ada belasan ribu orang di seluruh dunia meninggal karena kelaparan. “Bayangkan 345 juta orang di 82 negara menderita kekurangan pangan akut dan ini yang betul-betul mengenaskan 19.700 ribu orang setiap hari meninggal karena kelaparan,” beber Jokowi.
Meski demikian, menurut Jokowi Indonesia patut bersyukur. Agustus lalu Indonesia mendapatkan sertifikat pengakuan terkait swasembada beras sejak 2019. Jokowi menyebut Indonesia dianggap memiliki sistem ketahanan pangan yang baik dari International Rice Institute yang didampingi The Food and Agriculture Organization (FAO). Menurutnya, kenaikan harga BBM di Indonesia masih jauh di bawah harga di sejumlah negara.
Baca juga: Menparekraf Sandiaga Uno Dorong Penggunaan Kendaraan Listrik di Berbagai Destinasi Pariwisata
“Krisis pangan, krisis energi, kita baru sesuaikan harga BBM tapi coba bandingkan dengan negara-negara lain harga sampai 30 ribu, 24 ribu, gas bisa naik sampai 500 persen, kondisi-kondisi seperti ini yang harus kita tahu,” tegas Jokowi.
“Tetapi, jangan senang dulu karena dunia penuh ketikdapastian,” katanya. (tribun network/fik/dod)