News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Jerman, Denmark dan Swedia Selidiki Insiden Meledaknya Pipa Nord Stream

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tiga negara Eropa yang terdiri dari Jerman, Denmark dan Swedia kini terus melakukan penyelidikan asal muasal terjadinya ledakan di pipa Nord Stream.

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, COPENHAGEN - Tiga negara Eropa yang terdiri dari Jerman, Denmark dan Swedia kini terus melakukan penyelidikan asal muasal terjadinya ledakan di pipa Nord Stream.

Proses penyelidikan tersebut masih belum selesai dilakukan. Sementara itu, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadakan pertemuan membahas insiden ledakan yang terjadi pada tahun lalu, Selasa (21/2/2023).

Dikutip dari Reuters, Rusia, yang menyerukan diadakannya pertemuan itu, ingin Dewan Keamanan PBB meminta penyelidikan independen atas ledakan di jaringan pipa yang menghubungkan Rusia dan Jerman, yang menyebabkan kebocoran gas ke Laut Baltik dan memperburuk krisis energi di Eropa.

Sementara Denmark, Jerman dan Swedia mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB dalam surat bersama, "otoritas Rusia telah diberitahu mengenai penyelidikan yang sedang berlangsung" oleh otoritas nasional mereka, yang sejauh ini telah menetapkan bahwa kerusakan pipa disebabkan oleh "ledakan kuat akibat sabotase."

"Penyelidikan ini belum selesai. Pada titik ini, tidak mungkin untuk mengatakan kapan akan selesai," kata ketiga negara tersebut dalam surat itu.

"Otoritas Denmark, Jerman, dan Swedia telah berdialog mengenai penyelidikan kebocoran gas, dan dialog akan berlanjut sampai batas yang relevan," sambung ketiganya.

Jerman, Denmark dan Swedia juga mengatakan, konsekuensi dari kebocoran pipa Nord Stream dalam hal emisi gas rumah kaca sangat "substansial dan mengkhawatirkan."

Rusia telah meminta ekonom Amerika Serikat, Jeffrey Sachs, dari Pusat Pembangunan Berkelanjutan di Universitas Columbia, untuk memberi pengarahan kepada Dewan Keamanan PBB pada pertemuan hari Selasa.

Moskow telah mempertahankan pendapatnya bahwa pihak Barat berada di balik ledakan yang mempengaruhi pipa Nord Stream 1 dan 2, proyek infrastruktur bernilai miliaran dolar AS yang membawa gas Rusia ke Jerman.

Baca juga: AS Bantah Laporan Jurnalis Peraih Hadiah Pulitzer, Jadi Dalang Sabotase Pipa Gas Nord Stream

"Tidak ada keraguan tentang motif kejahatan, maupun pelakunya, atau cara kejahatan itu dilakukan," kata Duta Besar Rusia untuk PBB, Vasily Nebenzya kepada Dewan Keamanan PBB.

"Ini bahkan lebih dari senjata merokok yang diimpikan semua detektif Amerika untuk ditemukan di film laris Hollywood," imbuhnya.

Gedung Putih menolak klaim dalam laporan yang diterbitkan oleh jurnalis investigasi AS yang menuduh Amerika Serikat berada di balik ledakan dengan menyebut laporan itu sebagai "fiksi yang benar-benar palsu dan lengkap" pada awal bulan ini.

Baca juga: Jejak Bahan Peledak Ditemukan di Jalur Pipa Nord Stream yang Rusak, Swedia Benarkan Terjadi Sabotase

Wakil duta besar Rusia untuk PBB, Dmitry Polyanskiy, mengatakan tujuannya adalah untuk mengajukan proposal penyelidikan independen untuk pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB pada akhir minggu ini. Sebuah resolusi Dewan Keamanan PBB membutuhkan setidaknya sembilan suara mendukung dan tidak ada veto dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis, China atau Rusia agar bisa disahkan.

Kantor berita Rusia TASS melaporkan, perwakilan tetap China untuk PBB Zhang Jun mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa Beijing mendukung seruan Moskow untuk penyelidikan atas ledakan tersebut.

Baca juga: Angkatan Laut AS Bantah Terlibat Insiden Kerusakan Pipa Nord Stream

Pemungutan suara dapat bertepatan dengan pertemuan Majelis Umum dan Dewan Keamanan PBB untuk menandai peringatan pertama invasi Moskow ke Ukraina.

Majelis Umum yang beranggotakan 193 orang kemungkinan akan melakukan pemungutan suara pada Kamis (23/2/2023), untuk kembali menuntut Moskow menarik pasukannya dan menyerukan penghentian permusuhan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini