Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmadja menyampaikan, sejumlah industri tekstil di Indonesia, bakal menghentikan usahanya usai hari libur Lebaran 2023.
Namun, Jemmy belum dapat memastikan jumlah industri tekstil yang bakal gulung tikar menyusul PT Tuntex Garment Indonesia pada akhir Maret 2023 lalu.
"Kita mendengar ada industri yang setelah libur Lebaran ini, tidak berniat untuk melanjutkan usahanya," ujar Jemmy saat dihubungi Tribunnews, Senin (1/5/2023).
Baca juga: Hadapi Krisis Finansial, Tupperware Terancam Gulung Tikar
"Industri-industri itu tersebar di seluruh wilayah Pulau Jawa," ungkapnya.
Jemmy mengungkapkan, fenomena gulung tikar bagi industri tekstil ini disinyalir dari gempuran produk impor tekstil dan produk tekstil (TP) yang kian meningkat.
"Perlu kita ketahui bersama, daya beli Masyarakat Indonesia juga belum pulih. Kalau gempuran produk ini tidak di sikapi bersama, akan menambah lagi PHK," tutur dia.
Untuk itu, Jemmy meminta perpanjangan Safeguard guna menangani krisis kesulitan ekonomi dari permintaan tekstil yang menurun.
"Kalau ini tidak diantisipasi bersama, ekosistem industri TPT akan hancur. Trade Barrier sangat di butuhkan," ucap dia.
"API berharap usulan perpanjangan Safeguard bisa segera di setujui / PMK nya segera di tandatangani," lanjutnya.
Senada dengan hal tersebut, Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) menyinggung maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi di industri tekstil dan produk tekstil atau TPT, yang marak terjadi dalam beberapa waktu belakang.
Presiden KSPN, Ristadi mengatakan, PHK yang terjadi imbas turunnya permintaan produk-produk TPT. Namun, ia enggan membeberkan secara rinci merek-merek atau brand tekstil yang dimaksud.
"Kalau brand internasional itu menyetop pemesanan baju atau stok (dari pabrik Indonesia), katanya stok mereka sudah cukup," ucap Ristadi saat ditemui pada agenda aksi unjuk rasa buruh di kawasan Patung Kuda Jakarta, Senin.
"Kemudian besoknya pekerja dirumahkan atau bahkan di PHK. Kan pekerja atau karyawan enggak tau apa-apa, enggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba ada yang PHK," sambungnya.
Ristadi pun mendorong pemerintah untuk dapat memberikan solusi sekaligus kebijakan yang membela para pekerja dan industri sektor TPT.
Terlebih diketahui, industri TPT merupakan industri padat karya yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
"Maka pemerintah harus sigap dengan adanya situasi ini, sebab industri tekstil ini padat karya yang paling banyak menyerap tenaga kerja Indonesia, ada jutaan. Beda dengan padat modal, ini harus jadi perhatian serius Pak Jokowi," pungkasnya.