Moeldoko memfasilitasi petani kratom bertemu dengan BRIN, BNN, BPOM, Kementerian Kesehatan, Kementerian Perdagangan.
"Dalam rapat ini kita ingin melihat pandangan pemerintah dan masyarakat Amerika Serikat tentang kratom. Karena kratom memang secara riil itu dikonsumsi oleh publik amerika. Ada 15 juta orang pengguna (kratom) di Amerika Serikat," kata Moeldoko dalam keterangan yang diterima, Rabu (26/7/2023)
Di lain sisi, Indonesia, khususnya Kalimantan Barat, merupakan salah satu daerah penghasil terbesar tanaman kratom.
Bahkan setiap bulan permintaan kratom Kalbar dari Amerika Serikat mencapai 4.000 hingga 5.000 ton per bulan.
"Kita ingin melihat antara suplai dan demand ini tidak ada hambatan. Karena selama ini kita masih ada hambatan di dalam negeri, terkait pandangan kratom, ada yang mengatakan kratom masok pada kategori terlarang.," katanya
"Harapan kita, adalah kita mengsingkronkan ini, antara kebutuhan, pasarnya ada. Masyarakat Kalbar, khusunya, itu menyiapkan suplai. Harapan kita, ada kesesuaian, sehingga tidak menghambat para petani dan tidak menghambat para trader kita," lanjutnya.
Kondisi 'abu-abu' yang terjadi saat ini, setelah BNN menggolongkan kratom sebagai psikotropika. Namun di lain pihak, Kementerian Kesehatan menggolongkan kratom sebagai tanaman herbal.
"Sehingga nanti kalau ini masih abu-abu kondisinya, pasti bisa merugikan masyarakat kita sendiri. Bisa barangnya di-reject-lah, dan seterusnya. Apapun, masyarakat kita, harus kita lindungi," pesan Moeldoko.
Pertemuan terkait kratom ini adalah rangkaian Kratom Summit 2023 yang digelar di Jakarta dan Pontianak, hingga 28 Juli 2023 mendatang.
Kratom Summit dihadiri delegasi Asosiasi Kratom Amerika Serikat, Asosiasi Petani Purik Indonesia (Appuri), serta lembaga negara terkait, seperti BRIN, BNN, Kementerian Kesehatan, Kementerian Perdagangan, dan BPOM.
Laporan reporter Elsa Catriana/Akhdi Martin Pratama/Endrapta Pramudhiaz/Reza Deni | Sebagian artikel ini diambil dari: Kompas