Bahlil buka suara terkait nikel yang disebut Tom Lembong tak lagi digunakan sebagai bahan baku baterai mobil listrik (electric vehicle/EV) oleh Tesla.
“Ini tidaklah benar kalau ada mantan pejabat atau pemikir ekonomi atau siapa pun yang mengatakan sekarang nieal nggak lagi dikejar investor untuk membuat baterai mobil,” tutur Bahlil.
Menurut Bahlil, lithium ferrophosphate (LFP) ini hanya digunakan Tesla untuk produksi mobil yang kualitasnya standar, dan kualitas terbaik tetap dimiliki oleh nikel.
Bahkan Tesla juga hingga saat ini masih menggunakan baterai mobilnya dengan bahan baku nikel.
Bahlil menekankan baterai dengan komposisi nikel lebih bagus secara kemampuan jarak tempuh dibandingkan dengan LFP.
“Jadi jangan bilang, bahaya negara kalau dibuat begini. Saya takut kita memberikan data yang tidak valid dan akan merusak tatanan pemahaman kepada rakyat yang benar,” ungkapnya.
Di samping itu, Bahlil juga menyayangkan polemik ini justru mendiskreditkan upaya hilirisasi bijih nikel yang tengah didorong pemerintah, bahkan saat ini diarahkan untuk membangun industri baterai terintegrasi berbasis Nickel Manganese Cobalt (NMC).
Ia kembali menegaskan, baterai berbasis NMC yang dikembangkan Indonesia tetap menjadi pilihan pasar dan industri kendaraan listrik global hingga saat ini. Sebab dari segi ketahanan setrum komposisi nikel lebih bagus secara kemampuan jarak tempuh dibandingkan dengan LFP.
Lebih lanjut, Bahlil menjabarkan beberapa produsen baterai NMC saat ini di antaranya, ada dari Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL), LG, Samsung SDI, SK Innovation, Envision, Northvolt, Farasis, Verkor dan PowerCo.
Sementara, pabrikan mobil yang masih menggunakan baterai NMC itu di antaranya Tesla, Hyundai, VW, Ford, Volvo dan BMW.
Sementara itu, produsen baterai dan pabrikan mobil baterai LFP, di antaranya BYD, CATL, Gotion, SK Innovation dan beberapa perusahaan di China. Kemudian, pabrikan mobil pengguna baterai LFP di antaranya BYD, Wuling, Chery, Tesla, dan Ford.
Cak Imin Tak Paham Hilirisasi
Selain Tom Lembong, Bahlil juga menyentil calon wakil presiden Muhaimin Iskandar (Cak Imin) yang menyebut program hilirisasi pemerintah ugal-ugalan.
Menurut Bahlik, penyataan terkait ugal-ugalan dalam hilirisasi itu lantaran tidak ada pemahaman lebih. Padahal, hilirisasi itu perlu memenuhi aturan yang berlaku.
"Itu juga saya bingung. Itu akibat karena mereka tidak paham yang namanya hilirisasi yang namanya industri tambang itu kan semua harus memenuhi kaidah norma dalam aturan," kata Bahlil.