News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Meski Ada Transisi Energi, Pemerintah Disebut Masih Serius Benahi Industri Migas

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi. Kontribusi migas masih memiliki kontribusi besar terhadap penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Penggunaan sumber energi terbarukan tidak hanya memerlukan jumlah tenaga kerja yang besar, tetapi juga keterampilan yang berbeda dengan yang diperlukan dalam konstruksi dan operasional industri bahan bakar fosil (minyak, gas, batu bara).

Oleh karena itu, perlu adanya kesiapan melalui pelatihan untuk menciptakan lapangan kerja dan mendukung investasi.

Dukungan oleh pemerintah dalam hal ketenaga kerjaan, seperti jaminan sosial, pelatihan vokasional, peningkatan produktivitas, dan program magang, menjadi semakin penting dalam konteks ini.

"Kita semua optimis pemerintah baru dibawah pimpinan Presiden terpilih Prabowo Subianto akan dapat melakukan optimalisasi, inovasi dan kebijakan kebijakan yang dapat mendukung tercapainya target produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) di tahun 2030," pungkas Turman.

Sementara itu, Sekretaris BPH Migas, Patuan Alfons mengungkapkan, Bauran Energi Nasional khususnya migas diprediksi masih akan menjadi tulang punggung energi nasional hingga beberapa tahun mendatang.

Meski presentase energi terbarukan terus meningkat, namun gas masih memiliki peran penting dalam penyediaan energi nasional.

Sejalan dengan industri migas yang terus didorong dan diperlukan, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 14 Tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Penangkapan dan Penyimpanan Karbon.

Hal ini sejalan dengan komitmen dalam mencapai target emisi nol bersih (net zero emission).

Penangkapan dan penyimpanan karbon (carbon capture storage/CCS) merupakan teknologi inovatif yang memungkinkan emisi karbon dioksida (CO2) dipisahkan dari sumbernya, diangkut, dan disimpan secara permanen di bawah tanah.

Teknologi ini memiliki potensi besar untuk mengurangi emisi CO2 dari berbagai sektor industri, seperti pembangkit listrik, industri berat, dan manufaktur.

"Sekarang pemerintah komitmen kepada Paris Agreement, kita tentu melaksanakan hal-hal yang menuju pada itu. Jadi kalau dibilang transisi energi tentu bagaimana kita tetap memproduksi minyak ini, lalu menjaga agar kita bisa menujuk pada net zero emission di tahun 2060, langkah-langkahnya itu sudah ada," ungkap Patuan.

"Untuk industri migas, menurut saya secara pribadi dengan adanya perpres tentang carbon capture storage dan carbon capture and utilization storage, itu tentu memberikan semangat baru pada kita," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini