Mereka bersedia duduk di bagasi bus dengan membayar Rp 450 ribu demi menghindari razia petugas.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Tangerang, Wahyudi Iskandar pun memberikan komentar terkait peristiwa tersebut.
Menurutnya kejadian itu berlangsung, Jumat (24/4/2020).
"Ini dari Jumat pagi infonya," ujar Wahyudi kepada Warta Kota, Minggu (26/4/2020).
Ia menyatakan bahwa Terminal Ciledug, Kota Tangerang sudah ditutup dan agen-agen bus tidak ada yang beroperasi sejal Sabtu (25/4/2020).
"Agen tutup, bus enggak ada," ucapnya.
Dirinya pun menyayangkan aksi para pemudik yang nekat tanpa memikirkan keselamatannya.
"Sudah ditutup semua Terminal," kata Wahyudi.
Baca: Nekat Mudik, Suami Istri Sembunyikan Mobil di Bak Truk Untuk Menyeberang Dari Merak ke Lampung
Kurnia Lesani Adnan, Pemilik PO SAN sekaligus Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI), membenarkan adanya peristiwa tersebut.
"Kejadiannya di Cileduk, tapi bukan terminal resmi. Sebenarnya begini, bukan busnya saja, tapi penumpangnya yang memang sudah mau mudik, artinya kemauan dari penumpang atau masyarakatnya.
Karena takut ada razia jadi penumpang itu mau duduk di dalam bagasi dulu," ujar pria yang akrab disapa Sani kepada Kompas.com, Sabtu (25/4/2020).
Menurut Sani, setelah berhasil melewati pos pengawasan, baru kemudian bus tersebut bongkar muatan dan menaikkan penumpang yang ada di bagasi ke dalam kabin.
Baca: Sempat Menyapu Halaman Indekos Jelang Sahur, Pria Asal Lamongan Ditemukan Tewas di Tempat Tidur
Setelah itu kembali meneruskan perjalanan ke daerah tujuan bus AKAP tersebut.
Sani menjelaskan adanya kejadian tersebut memang miris.
Pada satu sisi mengambarkan adanya bukti bila titik pengawasan yang tidak kuat dari pemerintah.
Di sisi lain adanya gambaran bila masih ada masyarakat yang memang mau pulang kampung karena sudah tidak ada yang bisa dikerjakan di Jakarta.
"Kalau sudah begitu siapa yang harus disalahkan. Masyarakat yang mudik ini karena mereka di sini kan terlantar, tidak tahu harus bagaimana akhirnya nekat tetap mudik juga, sementara di lain sisi pemerintah juga tidak ketat dalam pengawasannya," ucap Sani.
"Kalau mau dilihat di lapangan itu, sampai saat ini masih banyak bus dan angkutan lain yang statusnya gelap tetap beroperasi bawa penumpang untuk mudik. Jelas ini tidak ada adil, karena kami yang resmi mengikut regulasi tapi mereka yang bandel tetap beroperasi dan lolos dari razia," tambah dia. (Tribunnews.com/ kompas.com/ tribunjabar/ wartakota/ tribunjakarta).