"Pemerintah pun akan mengambil pendekatan yang fleksibel sambil mempertimbangkan situasi infeksi di China. Kami akan berhati-hati untuk tidak menghentikan arus pengunjung internasional," jelas Kishida.
Sejak Desember ini, China telah secara signifikan melonggarkan langkah-langkah antivirus yang ketat, termasuk tidak lagi membatasi perjalanan.
Negara itu juga berhenti menghitung jumlah pasti pasien Covid-19.
Baca juga: Pemerintah Jepang Berencana Turunkan Status Covid-19 ke Level 5 pada Maret 2023
Namun perubahan drastis peraturan ini telah melibatkan lonjakan kasus virus di seluruh penjuru China.
China pun bereaksi tajam terhadap pengumuman Kishida, dengan mengatakan bahwa tindakan yang direncanakan itu dapat menghentikan pergerakan orang antara kedua negara.
"China percaya bahwa tindakan pencegahan epidemi harus ilmiah dan moderat serta tidak boleh mempengaruhi pertukaran pengunjung," kata Juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin, dalam konferensi pers di Beijing.
Baca juga: Lonjakan Covid-19 di China Tekan Permintaan Daging Babi, Terjadi Krisis Pekerja
Saat ini, pelancong yang hendak ke Jepang dapat melewati tes Covid-19 pada saat kedatangan, selama mereka menunjukkan bukti telah menjalani setidaknya tiga vaksinasi atau hasil tes negatif dalam waktu 72 jam setelah keberangkatan.
Sedangkan mereka yang memasuki Jepang dengan gejala Covid-19 yang dicurigai akan diuji pada saat kedatangan dan diminta untuk melakukan karantina di fasilitas yang ditunjuk pemerintah Jepang jika hasil tesnya positif.