Upaya pelarangan kedua dilakukan pada 2009 ketika manifesto Partai Konservatif, yang ketika berstatus oposisi, menyebutkan pemerintah Konservatif akan melarang organisasi 'yang mempromosikan atau menyebar kebencian atau ideologi kekerasan di masyarakat seperti Hizbut Tahrir'.
Partai Konservatif akhirnya berkuasa namun janji untuk membubarkan Hizbut Tahrir tak dilakukan.
Hal yang dilakukan PM David Cameron adalah melarang kegiatan kelompok ekstrem di perguruan tinggi dan melarang orang-orang yang berpandangan ekstrem untuk tampil di media.
Agaknya pemerintah memilih bersikap hati-hati menanggapi wacana pelarangan Hizbut Tahrir.
Mungkin saja pemerintah Inggris tak ingin melihat organisasi ini bertambah besar setelah dilarang.
"Pelarangan akan membuat Hizbut Tahrir berkembang... pelarangan di sejumlah negara mereka anggap sebagai kehormatan, sebagai tanda legitimasi dan bukti ada yang khawatir dengan ideologi yang mereka usung," kata pengamat politik asal Australia, William Scates Frances.
Tak lagi berpengaruh
Faktor lain yang mungkin mendorong pemerintah Inggris membiarkan Hizbur Tahrir adalah analisis lembaga kajian Quilliam Foundation.
Lembaga yang banyak melakukan studi tentang radikalisme ini mengatakan pengaruh Hizbut Tahrir telah jauh menurun.
"(Pengaruh) Hizbut Tahrir telah jauh menurun, mereka tak lagi berpengaruh," kata juru bicara Quilliam Foundation kepada The Guardian.
"Konferensi tahunan Hizbut Tahrir beberapa waktu lalu di Tower Hamlet, London Timur, hanya dihadiri oleh sekitar 200 orang. Beberapa tahun lalu, konferensi seperti ini bisa dihadiri ribuan orang," katanya.
Pengamat Islam di Universitas Exeter Dr Syahrul Hidayat mengatakan visi mendirikan negara atau kekhalifahan berdasar sistem Islam 'tak dipandang menarik'.
"Kalau hanya mengandalkan ide, bagaimana mereka akan mendirikan negara berdasarkan sistem Islam, sementara mereka menolak berpartisipasi dalam sistem politik yang ada karena mereka anggap tidak Islami," kata Syahrul.
"Ini dianggap utopia dan tidak menarik bagi beberapa kalangan, terutama anak-anak muda. Bagi anak-anak muda, mereka akan jauh lebih tertarik dengan kelompok yang menawarkan langkah-langkah nyata untuk mewujudkan ide atau gagasan mereka."
"Dalam konteks ini Hizbut Tahrir kalah langkah," kata Syahrul.