Sementara itu, CAM berada di bawah pengawasan publik pada tahun 2019, ketika salah satu mantan pekerja kelompok yang berbasis di Haiti dihukum karena kejahatan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur di Ohio.
Jeriah Mast, 40, menjalani hukuman sembilan tahun di penjara Ohio.
Selama persidangan, hakim mengatakan Mast mengaku mencabuli setidaknya 30 anak laki-laki di Haiti dalam rentang waktu sekitar 15 tahun, menurut surat kabar The Daily Record di Ohio.
Organisasi itu mengatakan dalam sebuah pernyataan Mei 2020 bahwa mereka telah mencapai penyelesaian di luar pengadilan dengan para korban mengenai kasus pelecehan seksual di komunitas Petit Goave Haiti.
Mereka juga telah memberi korban lain senilai total $420.000 dalam restitusi dan bantuan lainnya.
Kasus Penculikan Lainnya
Di tengah lonjakan penculikan, sejumlah geng menuntut uang tebusan mulai dari beberapa ratus dolar hingga lebih dari $ 1 juta, menurut pihak berwenang.
September lalu, seorang diaken dibunuh di depan sebuah gereja di ibu kota Port-au-Prince sementara istrinya diculik, satu dari lusinan orang yang diculik dalam beberapa bulan terakhir.
Setidaknya 328 penculikan dilaporkan ke Kepolisian Nasional Haiti dalam delapan bulan pertama tahun 2021, dibandingkan dengan total 234 kasus pada tahun 2020, menurut sebuah laporan yang dikeluarkan bulan lalu oleh Kantor Terpadu PBB di Haiti yang dikenal sebagai BINUH.
Anggota geng telah dituduh menjadi dalang kasus penculikan anak sekolah, dokter, petugas polisi, penumpang bus, dan lain-lain saat kelompok mereka tumbuh lebih kuat.
Pada bulan April, seorang pria yang mengaku sebagai pemimpin geng 400 Mawozo mengatakan kepada sebuah stasiun radio bahwa mereka menculik lima pendeta, dua biarawati, dan tiga kerabat dari salah satu pendeta bulan itu.
Mereka kemudian dibebaskan.
Lonjakan penculikan dan kekerasan oleh geng telah memaksa warga Haiti untuk mengambil jalan memutar di sekitar daerah tertentu yang dikuasai geng.
Sementara warga lainnya memilih untuk tinggal di rumah.
Hal itu berdampak pada berkurangnya pendapatan seperti Charles Pierre, seorang sopir taksi moto di Port-au- Prince yang memiliki beberapa anak untuk diberi makan.
"Orang-orang tidak keluar di jalan-jalan," katanya.
"Kami tidak dapat menemukan orang untuk diantar."
Kunjungan Pejabat AS
Penculikan para misionaris itu terjadi hanya beberapa hari setelah pejabat tinggi AS mengunjungi Haiti.
AS menjanjikan lebih banyak sumber daya untuk Kepolisian Nasional Haiti, termasuk $15 juta lainnya untuk membantu mengurangi kekerasan geng.
Tahun ini, kekerasan geng telah membuat ribuan warga Haiti tinggal di tempat penampungan sementara dengan kondisi yang semakin tidak higienis.
"Kekacauan politik, meningkatnya kekerasan geng, memburuknya kondisi sosial ekonomi—termasuk kerawanan pangan dan malnutrisi—semua berkontribusi pada memburuknya situasi kemanusiaan," kata BINUH dalam laporannya.
"Kekuatan polisi yang kewalahan dan kekurangan sumber daya saja tidak dapat mengatasi masalah keamanan di Haiti."
Baca juga: Taliban Gantung Mayat Para Terduga Pelaku Penculikan
Pada hari Jumat, Dewan Keamanan PBB memberikan suara bulat untuk memperpanjang misi politik PBB di Haiti.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)