"Kesepakatan semacam ini memungkinkan semua orang untuk berpotensi mengakses obat Covid, mereka masih akan mengecualikan seseorang tetapi mereka akan meningkatkan percakapan seputar akses yang adil," katanya.
Baca juga: Fokus Kembangkan Pil Covid yang Dapat Tekan Kematian Hingga 89 Persen, Saham Pfizer Melambung
Baca juga: Studi di Turki: Vaksin Booster dengan Pfizer Menghasilkan Perlindungan Lebih Besar daripada Sinovac
Langkah Pfizer terjadi setelah perusahaan farmasi AS Merck menandatangani kesepakatan bebas royalti serupa dengan MPP bulan lalu.
Kesepakatan Merck ini memungkinkan obat anti-virusnya, molnupiravir, dibuat dan dijual dengan biaya rendah di 105 negara berkembang.
Obat Merck telah disetujui oleh regulator di Inggris awal bulan ini.
Langkah Pfizer dan Merck untuk berbagi paten obat Covid-19 muncul di tengah tekanan internasional pada perusahaan farmasi untuk berbagi dan mentransfer teknologi untuk memungkinkan produksi versi generik dari vaksin Covid-19 mereka.
Sejauh ini, Pfizer menolak untuk melakukannya.
Baca juga: Inggris Jadi Negara Pertama di Dunia yang Setujui Penggunaan Pil Merck Molnupiravir
Baca juga: Merck Minta Persetujuan FDA untuk Penggunaan Obat Anti-Covid Molnupiravir
Para kritikus selama ini menilai keengganan berbagi resep vaksin telah berkontribusi pada distribusi vaksin yang sangat tidak merata antara negara kaya dan negara miskin.
Our World in Data menyebutkan, dari 7,54 miliar dosis vaksin yang telah diberikan secara global, hanya 4,6 persen orang di negara berpenghasilan rendah yang menerima setidaknya satu suntikan.
“Bayangkan apa yang akan terjadi jika mereka (pembuat vaksin) melisensikan teknologi mereka pada Mei 2020,” kata Ellen 't Hoen, Direktur Hukum & Kebijakan Obat-obatan, merujuk pada tanggal Organisasi Kesehatan Dunia meluncurkan Technology Access Pool (C -TAP) platform bagi perusahaan untuk berbagi kekayaan intelektual dan pengetahuan vaksin. (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)