TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui kemerdekaan dua wilayah separatis di Ukraina timur, Donetsk dan Luhansk.
Pada Senin (21/2/2022) malam, Putin memerintahkan pasukan untuk menjaga perdamaian wilayah yang memisahkan diri dari Donetsk dan Luhansk.
Pengakuan Putin tersebut telah menuai kecaman dunia internasional.
Kepala Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg menyebutnya sebagai pelanggaran perjanjian internasional.
Amerika Serikat (AS) mengumumkan sanksi keuangan terhadap wilayah pemberontak dan memperingatkan lebih banyak sanksi jika perlu.
Baca juga: Hubungan dengan Rusia Memanas, 10 Maskapai Hentikan Penerbangan ke Ukraina
Lain halnya dengan China, yang merupakan salah satu sekutu terdekat Rusia, duta besar China untuk PBB Zhang Jun mengungkapkan tanggapan yang berbeda dengan NATO dan AS.
Adapun berikut tanggapan China hingga reaksi sejumlah pemimpin negara, NATO, dan PBB terhadap pengakuan Putin, dilansir Aljazeera:
China
Kepada Dewan Keamanan PBB, Zhang Jun mengatakan China tidak memihak Rusia maupun Ukraina.
Beijing malah menyerukan semua pihak untuk menghindari tindakan apa pun yang dapat memicu ketegangan.
"Situasi saat ini di Ukraina adalah akibat dari banyak faktor kompleks," kata Zhang Jun.
NATO
Stoltenberg mengutuk pengakuan Rusia untuk memberikan pengakuan kepada Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk.
"Saya mengutuk pengakuan Rusia untuk memberikan pengakuan kepada Republik Rakyat Donetsk yang diproklamirkan sendiri dan Republik Rakyat Luhansk," katanya.