News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Bilang Ingin Vladimir Putin Dibunuh, Senator AS Ini Dikecam Dubes Rusia hingga Gedung Putih

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Poster Presiden Rusia Vladimir Putin dijadikan latihan sasaran di sepanjang parit di garis depan dengan separatis yang didukung Rusia di dekat desa Zolote, di wilayah Lugansk, pada Jumat (21/1/2022). Inggris menuduh Moskow mendekati mantan politisi dan akan menempatkan pemimpin pro-Rusia di Ukraina.

Dia mengatakan Biden percaya ada solusi damai untuk invasi yang sedang berlangsung jika Putin memulainya.

Aktivis memprotes invasi Rusia ke Ukraina dan memegang tanda bertuliskan "Blokir Rusia Dari SWIFT" selama demonstrasi di Lafayette Square, di seberang Gedung Putih, di Washington, DC pada 25 Februari 2022 (MANDEL NGAN / AFP)

"Presiden yakin akan terus ada jalur diplomatik ke depan," kata Psaki.

Psaki mengatakan koridor kemanusiaan atau gencatan senjata akan menjadi langkah yang disambut baik oleh pemerintah AS jika Putin setuju.

"Tapi tidak, kami tidak menganjurkan untuk membunuh pemimpin negara asing atau perubahan rezim," lanjutnya.

"Itu bukan kebijakan Amerika Serikat."

Komentar kontroversial dari Graham juga membuat gusar juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.

"Tentu saja, akhir-akhir ini tidak semua orang berhasil mempertahankan pikiran yang sadar, saya bahkan akan mengatakan pikiran yang sehat," katanya, menyerukan persatuan nasional dari Rusia.

Publik bereaksi serupa dengan sejumlah pejabat tinggi tersebut.

Dilaporkan Newsweek, di Twitternya sejumlah orang meminta Graham untuk mengundurkan diri atas pernyataan itu.

Saat invasi Rusia ke Ukraina berlanjut, sejumlah tokoh konservatif AS yang sebelumnya memuji Vladimir Putin dihadapkan pada situasi yang rumit.

Senator AS Lindsey Graham, RS.C., berbicara pada rapat umum kampanye pada hari Sabtu, 31 Oktober 2020, di Conway, SC (Associated Press)

Baca juga: Beda dengan Biden, Donald Trump Justru Puji Langkah Putin Akui Kemerdekaan Donetsk dan Luhansk

Baca juga: PROFIL Andrei Sukhovetsky, Jenderal Top Rusia yang Tewas Ditembak Sniper Ukraina

Selama bertahun-tahun, Putin menikmati dukungan dari koalisi pejabat Republik terpilih, pemimpin Kristen konservatif, dan pembawa acara televisi sayap kanan, yang pujiannya berkisar dari kecerdasannya hingga posisi garis kerasnya terhadap ide-ide budaya progresif.

Sebelum invasi, mantan Presiden AS Donald Trump bahkan sempat memuji langkah Putin mengakui dua wilayah separatis Ukraina sebagai cerdas.

Tetapi Trump mengubah nadanya setelah invasi, mengambil sikap yang lebih keras terhadap tindakan Putin.

"Serangan Rusia ke Ukraina sangat mengerikan," katanya dalam pidato di Konferensi Aksi Politik Konservatif pada 26 Februari.

"Kami berdoa untuk orang-orang yang bangga di Ukraina. Tuhan memberkati mereka semua," ujar Trump.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini