Dia mengatakan Biden percaya ada solusi damai untuk invasi yang sedang berlangsung jika Putin memulainya.
"Presiden yakin akan terus ada jalur diplomatik ke depan," kata Psaki.
Psaki mengatakan koridor kemanusiaan atau gencatan senjata akan menjadi langkah yang disambut baik oleh pemerintah AS jika Putin setuju.
"Tapi tidak, kami tidak menganjurkan untuk membunuh pemimpin negara asing atau perubahan rezim," lanjutnya.
"Itu bukan kebijakan Amerika Serikat."
Komentar kontroversial dari Graham juga membuat gusar juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
"Tentu saja, akhir-akhir ini tidak semua orang berhasil mempertahankan pikiran yang sadar, saya bahkan akan mengatakan pikiran yang sehat," katanya, menyerukan persatuan nasional dari Rusia.
Publik bereaksi serupa dengan sejumlah pejabat tinggi tersebut.
Dilaporkan Newsweek, di Twitternya sejumlah orang meminta Graham untuk mengundurkan diri atas pernyataan itu.
Saat invasi Rusia ke Ukraina berlanjut, sejumlah tokoh konservatif AS yang sebelumnya memuji Vladimir Putin dihadapkan pada situasi yang rumit.
Baca juga: Beda dengan Biden, Donald Trump Justru Puji Langkah Putin Akui Kemerdekaan Donetsk dan Luhansk
Baca juga: PROFIL Andrei Sukhovetsky, Jenderal Top Rusia yang Tewas Ditembak Sniper Ukraina
Selama bertahun-tahun, Putin menikmati dukungan dari koalisi pejabat Republik terpilih, pemimpin Kristen konservatif, dan pembawa acara televisi sayap kanan, yang pujiannya berkisar dari kecerdasannya hingga posisi garis kerasnya terhadap ide-ide budaya progresif.
Sebelum invasi, mantan Presiden AS Donald Trump bahkan sempat memuji langkah Putin mengakui dua wilayah separatis Ukraina sebagai cerdas.
Tetapi Trump mengubah nadanya setelah invasi, mengambil sikap yang lebih keras terhadap tindakan Putin.
"Serangan Rusia ke Ukraina sangat mengerikan," katanya dalam pidato di Konferensi Aksi Politik Konservatif pada 26 Februari.
"Kami berdoa untuk orang-orang yang bangga di Ukraina. Tuhan memberkati mereka semua," ujar Trump.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)