"Manajemen dan staf harus diizinkan untuk melaksanakan tugas vital mereka dalam kondisi stabil tanpa gangguan atau tekanan eksternal yang tidak semestinya."
Blinken Bersumpah Dukungan AS untuk Moldova
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada hari Minggu menjanjikan dukungan Amerika kepada bekas republik kecil pecahan Soviet, Moldova yang condong ke Barat yang menghadapi masuknya pengungsi dari Ukraina.
Negeri ini juga secara waspada menyaksikan perang intensif Rusia dengan tetangganya.
Blinken bertemu dengan pejabat senior Moldova yang meminta bantuan internasional dalam menangani lebih dari 120.000 pengungsi dari Ukraina yang sekarang menjadi tuan rumah sementara juga mencari jaminan keamanan terhadap potensi agresi Rusia.
Lebih dari 230.000 orang telah melarikan diri ke atau melewati Moldova dari Ukraina sejak perang dimulai 11 hari yang lalu. Blinken mengatakan, penyambutan pengungsi Moldova adalah inspirasi bagi dunia.
Rusia memiliki pasukan di Moldova, sebuah negara berpenduduk 2,6 juta, ditempatkan di wilayah Transnistria yang disengketakan, dan mereka diawasi dengan ketat saat Presiden Rusia Vladimir Putin melanjutkan invasi ke Ukraina.
Baca juga: Serangan Rusia dari Grozny, Aleppo, hingga Ukraina - Perlawanan selalu dibalas kekuatan senjata
“Di wilayah ini sekarang tidak ada kemungkinan bagi kami untuk merasa aman,” kata Presiden Moldova Maia Sandu.
'Ratusan' Tentara Rusia Sekarat
"Ratusan tentara Rusia terbunuh setiap hari," kata duta besar AS untuk PBB kepada penyiar ABC AS, dengan alasan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin mulai merasakan "konsekuensi dari tindakannya."
"Putin telah membuat keputusan bahwa dia ingin melanjutkan konfrontasi, dengan eskalasi, dengan serangan terhadap warga sipil dan untuk bergerak maju dalam perang ini yang dirasakan Rusia sama seperti siapa pun," kata Linda Thomas-Greenfield.
"Tapi saya tidak bisa menjelaskan mengapa dia terus bergerak maju dengan cara agresif yang dia lakukan di Ukraina."
Evakuasi Warga Sipil Gagal
Rusia terus melancarkan serangan ke berbagai kota di Ukraina. Termasuk di Kota Mariupol.
Akibat serangan tersebut, upaya mengevakuasi warga sipil gagal.