TRIBUNNEWS.COM - Rusia angkat bicara mengenai sanksi migas yang dilayangkan oleh negara Barat dan Amerika Serikat (AS).
Pihaknya menyatakan, memiliki pembeli untuk hasil produksi migas Rusia meskipun sanksi diberikan karena invasi ke Ukraina.
Hal ini dinyatakan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia, Sergei Lavrov pada Kamis (10/3/2022).
“Kita tidak akan membujuk siapapun untuk membeli migas yang kita produksi,” ujarnya ketika menghadiri pertemuan dengan Menlu Ukraina, Dmytro Kuleba.
“Jika mereka menginginkan untuk menggantikan ekspor migas dari kita dengan lainnya, kita akan memiliki pasar pemasok dan kita sudah memiliki itu,” imbuh Lavrov dikutip dari Aljazeera.
Baca juga: Rusia Siap Akhiri Krisis Ukraina tapi Sindir Eksperimen Patogen AS di Sana
Baca juga: UPDATE Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-16, Ini Peristiwa yang Terjadi
Diketahui, pernyataan Lavrov ini dilontarkan setelah Eropa yang menjadi pengimpor terbesar migas dari Rusia mulai menimbang setelah melihat kemungkinan adanya gangguan suplai migas saat perang di Ukraina masih berlangsung.
Eropa yang mengimpor migas dari Rusia sebanyak 30% dari total konsumsi mulai untuk mencoba mengurangi ketergantungan tersebut dengan mencari pasokan baru, menaikan efisiensi pemakaian dan mencoba untuk semakin menggalakan pemakaian sumber daya terbarukan.
Minyak mentah dan gas menjadi sektor utama untuk mengincar ‘serangan’ terhadap ekonomi Rusia.
Pada minggu ini, harga minyak mencapai level tertinggi sejak tahun 2008 ketika harga minyak Eropa juga berada di level tertinggi.
Keuntungan pun diambil oleh Uni Eropa ketika minyak Brent telah terlihat berada pada harga tertinggi dikarenakan perang di Ukraina dan negara-negara yang bergabung di Organization of Petroleum Exporting.
Sementara Rusia selalu tunduk atas kewajiban energi di dalam dan di luar Eropa.
Hal ini diungkapkan oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin kemarin.
“Kita menyuplai ke pembeli utama kita kapanpun ketika harus mengirimkannya,” ujarnya ketika berpidato di media pemerintah, Rossiya 24 TV.
“Harga (migas) memang sedang naik tapi itu bukanlah kesalahan kita,” tambah Putin.