TRIBUNNEWS.COM - Para pejabat menyampaikan sedikitnya dua orang pria meninggal di Sri Lanka saat menunggu antrean panjang untuk mendapatkan bahan bakar.
Kelangkaan dan harga yang meroket menyebabkan kesulitan di negara pulau itu.
Dua pria berusia sekitar 70-an, meninggal ketika menunggu bensin dan minyak tanah di dua negara bagian berbeda, kata juru bicara kepolisian Nalin Thalduwa, di Ibu Kota Kolombo, Minggu (20/3/2022).
Dilansir Al Jazeera, selama berminggu-minggu warga Sri Lanka juga mengantri pompa, seringkali selama berjam-jam.
Baca juga: Sri Lanka Dilanda Krisis Keuangan, Pemerintah Batalkan Ujian Sekolah karena Kekurangan Kertas
Baca juga: Perundingan Perjanjian Perdagangan Indonesia – Sri Lanka Dimulai
"Satu pengendara roda tiga, berusia 70 tahun, penderita diabetes dan jantung, sedangkan yang kedua 72 tahun. Keduanya sudah mengantre sekitar empat jam untuk membeli bahan bakar minyak," terang Thalduwa.
Pengemudi terpaksa menunggu berjam-jam di luar SPBU untuk membeli bensin.
Kurang cadangan devisa
Sri Lanka tengah berjuang melawan krisis ekonomi terburuk dalam sejarahnya sejak merdeka pada 1948.
Dengan kurangnya cadangan devisa untuk membeli impor penting, pasokan kebutuhan menjadi menyusut.
Pandemi Covid-19 mencekik sektor pariwisata Sri Lanka – penghasil devisa utama – dan remitansi pekerja asing juga menurun.
Pemadaman listrik bergilir
Selain menghadapi kelangkaan bahan bakar, pemerintah memberlakukan pemadaman bergilir karena utilitas listrik tidak mampu membayar cukup minyak asing untuk memenuhi permintaan.
Pingsan antri beli gas memasak
Laporan media lokal mengatakan beberapa wanita yang berdiri di bawah terik matahari untuk membeli gas memasak, pingsan di beberapa lokasi di seluruh pulau selama akhir pekan.