Selama akhir pekan, serangan oleh kelompok Houthi Yaman yang bersekutu dengan Iran menyebabkan penurunan sementara dalam produksi di usaha patungan kilang Saudi Aramco di Yanbu.
Serangan ini menambah kekhawatiran di pasar produk minyak yang gelisah, di mana Rusia adalah pemasok utama dan persediaan global berada di posisi terendah beberapa tahun.
Baca juga: AS Kirim Jet Tempur ke UEA Setelah Serangan Rudal Houthi Yaman
Laporan terbaru dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu termasuk Rusia, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, menunjukkan beberapa produsen masih kurang dari kuota pasokan yang disepakati.
Media pemerintah Saudi melaporkan, serangan Houthi Yaman menargetkan sejumlah fasilitas, di antaranya kilang gas alam cair (LNG), pabrik desalinasi air, fasilitas minyak, dan pembangkit listrik.
Dikutip Al Jazeera, koalisi militer pimpinan Saudi menerangkan tidak ada korban jiwa dalam serangan tersebut.
Namun, sejumlah kendaraan sipil dan rumah penduduk di daerah itu mengalami kerusakan.
Baca juga: UEA Cegat Rudal Houthi Yaman yang Ditembakkan saat Kunjungan Presiden Israel
Serangan terhadap kilang LNG lainnya digagalkan
Koalisi militer mengatakan telah menggagalkan serangan terhadap kilang LNG di kompleks petrokimia di kota pelabuhan Laut Merah Yanbu yang dijalankan oleh Saudi Arabian Oil Co, lebih dikenal sebagai Aramco.
Tidak jelas apakah serangan itu menimbulkan kerusakan pada pabrik.
"Serangan udara lainnya menargetkan pembangkit listrik di barat daya negara itu, fasilitas desalinasi di Al-Shaqeeq di pantai Laut Merah, terminal Aramco di kota perbatasan selatan Jizan dan sebuah pompa bensin di kota selatan Khamis Mushait," kata koalisi.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)