"Ini mengambil untung dari orang-orang yang benar-benar ada di lapangan, yang mengambil keuntungan dari intelijen, yang mengumpulkan intelijen mereka sendiri, yang berjuang siang dan malam," tambahnya.
Namun, Sipher tidak berpikir bahwa itu secara signifikan meningkatkan risiko eskalasi antara Rusia dan NATO.
"Putin mengerti bagaimana permainan itu dimainkan. Dia mendapat intelijen untuk mencoba membunuh orang Amerika jika situasinya terbalik, seperti yang dia lakukan di Afghanistan dan tempat-tempat lain. Rusia telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menyerang kami dengan perang siber dan disinformasi," kata Sipher.
"Jadi saya tidak berpikir mereka kesal karena Amerika berbagi intelijen adalah pengubah permainan," terangnya.
Baca juga: Rusia Lancarkan Serangan Udara ke Sekolah yang Dijadikan Tempat Penampungan, 60 Orang Diduga Tewas
Peran Intel AS dalam Membantu Ukraina
Ukraina berhasil menargetkan kapal perang berharga milik Rusia pada April lalu dengan rudal jelajah anti-kapal mereka.
Rupanya, keberhasilan itu mendapat bantuan dari Amerika Serikat (AS).
Awalnya, pasukan Ukraina melihat kapal perang Rusia di Laut Hitam.
Kemudian, mereka menghubungi pihak Amerika untuk mengonfirmasi kebenarannya.
AS pun menjawab bahwa benar itu kapal milik Rusia dan memberikan informasi dari intelijen mereka tentang lokasinya.
Hal ini disampaikan oleh seorang sumber kepada CNN, Kamis (5/5/2022).
Namun, tidak diketahui apakah AS tahu Ukraina hendak menyerang kapal itu dan ada keterlibatan AS dalam aksi penyerangan.
Alhasil, kapal perang Rusia itu tenggelam setelah dihantam dua rudal jelajah Ukraina pada 14 April yang disebut memberikan pukulan berat bagi militer Rusia.
Cerita ini pertama kali disampaikan oleh NBC News, yang menandakan sikap pemerintahan Joe Biden yang semakin condong ke depan dalam membantu Ukraina melalui intelijennya.