Makoto Yamada mengatakan dia menggunakan bak mandi itu sendiri, bahkan setelah bakteri terdeteksi.
Meski demikian, Makoto Yamada mengakui timnya lalai.
Ia juga mengaku berbohong soal menambahkan klorin ke air onsen untuk tujuan kebersihan.
Baca juga: Jumlah Tamu Hotel di Jepang Baru Pulih 76 Persen Dibandingkan Tahun Sebelum Pandemi
Sempat Palsukan Dokumen
Saat pemeriksaan kesehatan tahun lalu, pihak penginapan Daimaru Besso memalsukan dokumen yang mengklaim klorin ditambahkan dengan benar.
"Sekitar Desember 2019, saya menginstruksikan karyawan saya untuk mengganti air panas dua kali setahun, yaitu selama Obon dan Tahun Baru," kata Makoto Yamada.
"Ada perangkat yang mengisi sekitar 12 liter mata air panas per menit, menyaringnya, dan mengedarkannya. Jadi, saya pikir kualitas airnya akan tetap bagus. Saya tidak suka bau klorin," lanjutnya.
Onsen Daimaru Besso itu pertama dibuka pada tahun 1865 dan akan memperingati hari jadinya yang ke-160 saat skandal ini muncul, dikutip dari Japan Today.
Menurut situs resminya, air pemandian di Daimaru Besso berasal dari Futsukaichi Onsen, yang telah mengalir selama lebih dari 1.300 tahun.
Futsukaichi Onsen telah dikunjungi oleh pejabat pemerintah dan pendeta selama berabad-abad.
"Airnya yang lembut dan halus membuat kulit Anda terasa kenyal dan pikiran Anda tenang,” bunyi keterangan di situsnya.
Air itu membantu meringankan nyeri sendi kronis, nyeri saraf, masalah pencernaan, luka bakar, masalah kulit.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)