Namun, tidak adanya hukuman atas aksi pemberontakan Wagner, jadi hal yang aneh.
Terlebih, lokasi pengasingan yang dituju untuk menampung puluhan ribu pasukan Wagner, adalah Belarusia, negara yang berbatasan langsung dengan Polandia, anggota NATO.
Belakangan, langkah-langkah strategis militer Wagner mulai menimbulkan kekhawatiran bagi stabilias di kawasan tersebut.
Polandia langsung mengirimkan alarm kalau telah terjadi pelanggaran wilayah perbatasan atas latihan tempur gabungan yang dilakukan Militer Belarusia dengan Pasukan Wagner.
Latihan ini dianggap sebagai aksi provokasi yang cenderung bakal terjadi lagi di kemudian hari.
Polandia meresponsnya dengan mengirimkan lebih banyak pasukan ke perbatasan, khususnya di wilayah dekat celah Suwalki.
Menganalisis situasi ini, Barbara Yoxon, dosen politik internasional di Universitas Lancaster di Inggris utara, mengatakan Warsawa memandang Belarusia sebagai pihak yang terlibat dalam krisis keamanan Eropa saat ini.
Moskow menggunakan wilayah Belarusia untuk memfasilitasi invasi ke Ukraina pada Februari 2022, memperkuat hubungan antara Putin dan pemimpin Belarusia Alexander Lukashenko.
“Menyebarkan pasukan ke celah Suwalki akan menghasilkan direct link antara Rusia dan Kaliningrad, yang menjadikannya target yang sangat penting bagi rezim Putin,” kata Yoxon kepada CNN.
Dia menganalisis, langkah taktis Wagner itu bisa jadi strategi untuk mengepung Ukraina, memutus jalur logistik di sekitarannya dari timur dan barat.
“Dengan mengerahkan pasukan dari barat (Kaliningrad) dan timur (Belarusia), Rusia akan dapat secara efektif memutus negara-negara Baltik dari sekutu NATO-nya di Eropa tengah dan barat. Ini akan memungkinkan Putin untuk berpotensi menginvasi negara-negara seperti Lituania, Latvia, atau Estonia,” kata Yoxon.
Perang di Ukraina dinilai juga mendorong para pemimpin blok Barat untuk memikirkan kembali strategi keamanan nasional mereka dalam menghadapi Putin, yang secara historis mencoba mengikis ekspansi NATO di Eropa.
“Jika Rusia mengerahkan pasukan ke celah Suwalki, kemungkinan akan memicu reaksi militer langsung dari negara-negara NATO lainnya, yang akan melihatnya sebagai serangan langsung terhadap negara-negara anggotanya di wilayah tersebut,” tambah Yoxon.
“Langkah seperti itu akan menandakan bahwa Rusia siap untuk meningkatkan konfrontasinya dengan NATO menjadi perang skala penuh dan berisiko eskalasi nuklir di kedua sisi.”
(oln/Newsweek/CNN/*)